BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebenarnya
pada zaman Rasulullah kata tasawuf tidak ada tetapi tasawuf sudah ada sejak
zaman Rasulullah. Hanya saja namanya yang berbeda. Tasawuf adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, membangun
dhahir dan batin untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi.
التصوف هو صفاء ومشاهدة
“Tasawuf adalah kebeningan hati dan penyaksian kepada
Allah”
Tasawuf sangat penting untuk kehidupan manusia sebagai hubungan
kita dengan yang Maha Kuasa bukan hanya hubungan kita dengan manusia saja yang
diperlukan tapi hubungan dengan Allah SWT. juga harus seimbang.
B.
Rumusan Masalah
Ø Masa pembentukan tasawuf?
Ø Kondisi tasawuf pada masa abad pertama?
Ø Tokoh-tokoh tasawuf pada abad pertama?
Ø Ciri-ciri ajaran tasawuf pada masa abad pertama?
C.
Tujuan
Ø Untuk mengetahui masa pembentukan tasawuf bad pertama.
Ø Untuk mengetahui kondisi tasawuf pad masa abad pertama
Ø Untuk mengetahui tokoh-tokoh tasawuf abad pertama.
Ø Untuk mengetahui ciri-ciri ajaran tasawuf abad pertama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masa Pembentukan Tasawuf
Kemunculan tasawuf bermula sejak abad ke-1 Hijriayah, sebagai
bentuk perlawanan terhadap penyimpangan ajaran islam yang dinilai sudah diluar
batas syariah. Islam sering digunakan sebagai ambisi pribadi sebagian kalangan.
Mereka tidak segan-segan menolak ajaran islam yang tidak sesuai dengan
kehidupan mereka. Sejak masa itu mulailah muncul pembaharuan-pembaharuan
dikalangan umat islam yang meluas ke seluruh dunia muslim. Mereka bersemangat
mengembalikan pesan orisinal dan sakral yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Dinamaika
tasawuf pada abad ke-1 hingga abad ke-3 berada pada taraf tasawuf sunni (akhlaki)[1].
B. Kondisi Taswuf Pada Abad Pertama
Tasawuf berasal dari kehidupan
Rasulullah. Berkatalah Syeh Abdul Baqy Surur, bahwa tahannus Rasulullah di Gua
Hira, merupakan cahaya-cahaya pertama dan utama bagi nur tasawuf atau itulah
benih-benih pertama bagi kehidupan rohaniyah yang disebut dengan ilham hati
atau renungan-renungan rohaniyah[2].
Dalam hal ini, maka ahli-ahli tasawuf
memandang pekerjaan Rasulullah sehari-hari merupakan dasar ilmu tasawuf. Oleh
karena itu mereka memandang Rasulullah imam besar dan guru pertama dari
tasawuf.
Pada abad ini perkembangan Tasawuf disebut dengan fase zuhud (asketisme),sikap
zuhud para sufi salafi merupakan awal kemunculan tasawuf.Sifat zuhud adalah Pada
fase zuhud ini terdapat para sufi salafi yang lebih cenderung beribadah kepada
Allah untuk mensucikan dirinya dari segala dosa dan kesalahan masa lalu. Mereka
mengamalkan konsep zuhud dalam kehidupannya yaitu tidak terlalu mementingkan
makanan enak, pakaian mewah, harta benda melimpah, rumah megah, tahta, pangkat,
jabatan dan wanita cantik, tetapi mereka lebih mementingkan akhiratnya dengan rajin mendekatkankan diri
kepada Allah SWT.
C. Tokoh-Tokoh Tasawuf Abad Pertama
a) Hasan Al Basri
Hasan Basri adalah tokoh sufi angkatan tabi’in seorang
yang sangat takwa wara’ dan zuhud. Hasan Al Basri dilahirkan di Madinah yang
bernama lengkap Abu Sayid Al Hasan. Hasan Al Basri lahir pada tahun 21 hijriah,
ia juga dibesarkan di wadi Al Qura’ dan juga beliau wafat pada tahun 110 H.
Ajaran yang terpenting dalam tasawuf dari beliau ialah Al Zuhud, Al Khauf, dan
Raja’
Dasar Pendirian utama dalam ajaran Hasan Basri adalah
sikap zuhud. Zuhud terhadap kehidupan dunia sehingga ia menolak dengan
kesenangan dan kenikmatan dunia. Ajaran kedua beliau adalah khauf dan raja’.
Khauf dan Raja’ ialah merasaa takut dengan siksa Allah karena berbuat dosa dan
seringkali melalaikan perintahnya. Prinsip-prinsip ajaran beliau mengandung
sikap kesiapan untuk melakukan muhasabah agar selalu memikirkan kehidupan yang
hakiki dan abadi.
b) Robi’ah Al Adawiah
Robi’ah Al Adawiah terlahir dari kelurga miskin yang
ayahnya bernama Ismail dan beliau lahir ±714 Masehi (95 atau 99 H) di Basrah
Irak. Beliau selama hidupnya tidak pernah menikah. Beliau hidup dalam keluarga yang penuh ketaqwaan
dan iman kepada ALLAH. Robi’ah Al adawiyah adalah seseorang muslimah yang saleh dan sangat zuhud. Beliau pernah
menjadi budak dan mengerjakan berbagai pekerjaan berat, akan tetapi hal itu
sama sekali tidak mempengaruhi kadar keimanannya. Beliau wafat pada tahun 185
H/801 M. Sedangkan makam beliau tidak diketahui secara pasti, ada yang
menyebutkan ia dikuburkan di Al-Quds di sebuah bukit, tetapi sumber yang lebih
kuat menyebutkan di Basrah daerah Syam.
Ajaran Robiatul Al Adawiyah ialah mahabbah kepada
ALLAH SWT. Beliau sebagai sufi ia jadikan
cinta sebagai ajaran pokok dalam Tasawufnya. Beliau juga orang pertama yang
menjadikan cinta illahi sebagai objek utama puisi.
c) Sufyan al-Sauri
Namanya adalah Abu Abdullah Sufyan bin
Sa’id bin Masruq al Sauri al-Kuhfi. Beliau dilahirkan di Kufah pada tahun
97H/175M, dan meninggal di Basrah pada tahun 161H/778M. Beliau adalah seorang
tabi’in pilihan dan seorang zahid yang jarang ada
tandingannya. Beliau juga seorang ulama’ hadits yang terkenal, sehingga dalam
merawat hadits dia dijulukiamir al-mu’minin dalam hal hadits.
Mula-mula ia belajar dari ayahnya
sendiri, kemudian dari berbagai orang-orang pandai di masa itu sehingga ia
menjadi seorang ahli dalam bidang hadits dan biologi.Sufyan al-Sauri sempat
berguru kepada Hasan al-Basri, sehingga fatwa-fatwa gurunya tersebut banyak
mempengaruhi jalan hidupnya. Dia menyampaikan ajaran agama kepada
murid-muridnya agar jangan terpengaruh oleh kemewahan dan kemegahan duniawi,
jangan suka menjilat kepada raja-raja dan penguasa.
Sufyan al-Sauri termasuk zahid yang
sangat berani, tidak takut dibunuh dalam mengemukakan kritik terhadap penguasa,
beliau sangat mencela kehidupan penguasa yang sangat bergelimang dalam
kemewahan. Diantara ucapan-ucapannya dalam memberi nasihat itu ialah “supaya
jangan rusak agamamu”.
d) Ibrahim bin Adham
Abu Ishaq Ibrahim bin Adham, lahir di Balkh dari keluarga bangsawan
Arab. Dalam legenda sufi, ia dikatakan sebagai seorang pangeran yang
meninggalkan kerajaannya, lalu mengembara kearah barat untuk menjalani hidup
sebagai seorang petapa sambil mencari nafkah yang halal. Beliau wafat di Persia kira-kira pada tahun 160H/777 M. Beberapa
sumber mengatakan bahwa Ibrahim terbunuh ketika mengikuti angkatan laut yang
menyerang Bizantium.Ibrahim Bin adham adalah seorang zahid di Khurasan yang
sangat menonjol di zamannya. Kendatipun ia putra seorang raja dan pengeran
kerajaan Balkh, menurut Nicholson, dia tidak terpesona oleh kekuasaan dan
kerajaan yang di bawahinya. Dia lebih suka memakai baju bulu domba yang kasar
dan mengarahkan pandanganya ke negri Syam (Syiria), dimana ia hidup sebagai
penjaga kebun dan kerja kasar yang lainnnya. Suatu ketika ia ditanya: “Mengapa
anda menjauhi orang banyak?” dia menjawab : “kupegang teguhagama didadaku.
Dengannya : aku lari satu negeri ke negeri yang lain, dari bumi yang
kutinggalkan menuju bumi yang kudatangi. Setiap orang yang melihatku menyangka
aku seorang pengembala atau orang gila. Hal ini aku lakukan dengan harapan aku
bisa memelihara kehidupan beragamaku dari godaan setan dan menjaga keimananku,
sehingga selamat sampai ke pintu gerbang kematian”.
Kemudian diantara ucapan-ucapannya, dia pernah mengatakan : “ketahuilah, kamu tidak akan bisa mencapai peringkat orang-orang saleh kecuali setelah kamu melewati enam pos penjagaan. Hendaklah kamu menutup pintu gerbang kenikmatan dan membuka pintu gerbang kesulitan, hendaklah kamu menutup gerbang kemusyrikan dan membuka pintu gerbang kehinaan, Hendaklah kamu menutup pintu gerbang pintu santai dan membuka pintu gerbang kerja keras, hendaklah kamu menutup pintu gerbang tidur dan membuka pintu gerbang jaga malam, hendaklah kamu menutup pintu gerbang kekayaan dan membuka pintu gerbang kemiskinan, dan hendaklah kamu menutup pintu gerbang cita-cita dan membuka pintu gerbang kesiapan menghadapi mati.”
Kemudian diantara ucapan-ucapannya, dia pernah mengatakan : “ketahuilah, kamu tidak akan bisa mencapai peringkat orang-orang saleh kecuali setelah kamu melewati enam pos penjagaan. Hendaklah kamu menutup pintu gerbang kenikmatan dan membuka pintu gerbang kesulitan, hendaklah kamu menutup gerbang kemusyrikan dan membuka pintu gerbang kehinaan, Hendaklah kamu menutup pintu gerbang pintu santai dan membuka pintu gerbang kerja keras, hendaklah kamu menutup pintu gerbang tidur dan membuka pintu gerbang jaga malam, hendaklah kamu menutup pintu gerbang kekayaan dan membuka pintu gerbang kemiskinan, dan hendaklah kamu menutup pintu gerbang cita-cita dan membuka pintu gerbang kesiapan menghadapi mati.”
D. Ciri-Ciri Ajaran Tasawuf Abad Pertama
a)
Kehidupanyan
zuhud dan sederhana.
b)
Memperbanyak
ibadah, menyedikitkan makan minum, menyedikitkan tidur dsb.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ajaran tasawuf pada zaman rasulullah sangat penting
dalam kehidupan umat islam selanjutnya. Pada Abad pertama ini kata tasawuf
belum muncul tapi masih terkenal dengan fase kezuhudan sebagaimana yang telah
di contohkan oleh Rasulullah dan para
sahabat-sahabatnya.
Pada zaman ini ada beberapa tokoh yang sangat terkenal
dikalangan umat islam dimasa itu seperti Hasan al Basri, Robi’ah al Adawiah,
Sufyan al Sauri, Ibrahim bin Adham dsb. Dengan sifat-sifat tokoh-tokoh ini
lebih mementingkan akhiratnya dari pada dunianya. Jika dibandingkan kita jauh
sekali bagaikan langit dan bumi.
B. Saran
1) Pembaca agar menerapkan tasawuf dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Agar meneladani sikap-sikap yang di ajarkan
Rasulullah.
3) Agar pembaca
mengerti sejarah perkembangan tasawuf abad pertama.
DAFTAR PUSTAKA
Siroj, Said Aqil. 2012. Dialog Tasawuf Kiai Said. Surabaya:
Khalista Surabaya
http://evendimuhtar.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-perkembangan-tasawuf.html
Muflikhin, Muhammad Dean. 2008. Ulul Abab Akhlak
Untuk Madrasah Aliyah Program Keagamaan. Mojokerto: Mutiara Ilmu
Bakar, Abu. 1984. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, Solo:
Ramadhani
[1] Sa’id Aqil
Siroj, Dialog Tasawuf Kiai Said (Surabaya: Khalista Surabaya, 2012), 80
[2]Evendi Muhtar,
http://evendimuhtar.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-perkembangan-tasawuf.html
0 Comments