Gelanggang
Kobaran Api
23-03-2017
Di balik rentetan waktu
Dalam gelanggang yang membisu
Berkutat dalam rimbunan kobaran api
Telah meluluh lantakkan jiwa
Kau tahu...
Bangsaku adalah bangsa yang besar
Tetapi mengapa kau kobarkan buih dalam lautan..
Apakah kau tak berfikir
Nyawa berterbangan
Bagaikan tak berharga
Apalah arti semua ini...
Diraut senja, nan membisu
Kau toreh gelanggang kobaran api
Menusuk tulang gelanggang nan pilu
Remuk, tinggal tengkorak
Rimbunan pohon, tak indah lagi
Seakan semua berhenti
Gelegar peluru menusuk buih-buih telinga
Menusuk gendang suara
Semua membisu dalam kobaran api
Kau tahu
Tak semudah itu Bangsaku menyerah
Walaupun harus nyawa melayang...
Tak apalah.. demi sang saka...
Tiada
Reaksi
Ketika
dunia mengalami kemunduran
Rasa
hormat mulai berkurang
Rasa
malu tiada lagi
Apa
yang kau rasakan?
Apa
yang kau lakukan?
Apakah
hanya diam!!
Diam
tanpa suara
Diam
tanpa ada gerakan
Tidakkah
kalian menelitinya
Tidakkah
kau menyelidikinya
Tidakkah
kalian sadar
Dengan
keadaan sekitar kalian
Tidakkah
kalian menyadari, dengan semua ini
Kita
adalah penerus bangsa, dan Agama
Tetapi
mengapa?
Kalian
tak bergerak sedikit pun
Ketika
agama kalian..
Terhina
dan terinjak-injak
Moral
yang lemah
Tidakkah
kalian resah
Setidaknya
kalian sadar
“
Terbius”
Lenggam-lenggum
dari kejauhan
Menelisik
rasa, menusuk inti rasa
Debar-debur
rasa katupan jiwa
Melayang-layang
bak ombak samudera
Serasa
terbius oleh waktu
Dunia
meluluhkan hati dan jiwa
Seakan-akan
hidup selamaya
Padahal
hidup hanya seujung kuku
Tak
sadar oleh cumbu dan rayuan
Yang
begitu mempesona
Lupa
ruang dan waktu
Tidakkah
sadar
Kamu,
hanya sebentar
Kamu
terbius.
21-10-2017 22:25
“Tengah Malam yang Asim dengan-Mu”
Parasmu mempesona
Biang candamu, menemaniku
Di tengah sujud malam suntuk
Sepi, senyap, hanya kita bedua
Suara jangkrik kian beradu
Menemani kita berdua
Bulan menebar senyum
Menyaksikan Kau dan aku
Tiada yang paling indah selain bercanda dengan Mu
Dikeheningan malam
Celoteh-Mu, kian asyik
Tak sadar, fajar telah menyingsing
Suara ayam menandakan pagi segera datang
Hah.. malam yang mengasikkan dengan-Mu
"----"
Tak pernah terfikirkan
Dalam benakku..
Tentang semua iyang terjadi
Yang awalnya..
Hanyalah sebuah perkenalan yang singkat
Di salah satu medsos
Munkin aku terlalu lugu
Hingga aku percaya tentang semuanya
Siring berjalannya waktu
Dia anggap aku sebagai saudaranya
Hingga akhirnya muncullah kawanku
Seketika aku tersadar
Pantaskah diriku yang bodoh ini
Bersanding dengan mereka
0 Comments