Dalam sejarah kehidupan manusia, menulis memiliki peranan yang
sangat penting dalam membukukan sejarah. Para ilmuan dahulu tetap dikenal
sekarang, meskipun mereka hidup di zaman yang berbeda dengan kita. Hal ini,
kita ketahui dari tulisan tangan mereka dan orang-orang yang menuliskan sejarah.
Seandainya mereka tidak menulis tentu kita tidak akan mengetahui perjalanan
sejarah zaman dahulu.
Tradisi menulis sebenarnya sudah dikenal sejak zaman dahulu, bahkan
sebelum masehi telah dikenal kegiatan menulis. Konkretnya adalah karya yang
ditulis oleh para filosof Yunani, seperti Plato dan Aristoteles. Seandainya,
Plato dan Aristoteles tidak menghasilkan karya tentu mustahil kita akan
mengenal pemikiran Plato dan Aristoteles. Begitu pula dengan para ilmuan yang
ada dalam Islam. Mereka dalam mengemukakan pemikiran dan pendapatnya melalui
tulisan. Seperti halnya Al-Ghozali dan Ibn ‘Arabi, dua tokoh ini sangatlah
produktif di dalam menulis. Bukti nyatanya, karya mereka masih dapat kita kenal
dan kita pelajari saat ini. Seandainya mereka berdua tidak menuliskan sesuatu,
tentu bisa dipastikan kita tidak akan mengenal pemikiran mereka.
Fenomena tradisi menulis ternyata sudah diterapkan oleh Nusantara,
khususnya adalah jawa. Bahkan pada masa Gadjah Mada sudah ada tulisan, namun
masih menggunakan huruf jawa. Dan sekarang, seluruh belahan dunia, sama-sama
menerapkan peran tulisan dalam menyampaikan informasinya.
Itulah sekilah mengenai bukti tulisan yang bisa dikatakan sangat
penting dalam memberikan pengetahuan sejarah. Lantas apa yang masih diragukan?
Menulis adalah berjuang untuk keabadian kata metaforis Kartini. Selain itu
menulis juga berperan dalam kesehatan, hal ini telah dibuktikan oleh salah satu
Universitas California yang mengatakan bahwa menulis dapat menambah kemampuan
ingatan kita. Apa yang kita dengar dan kita lihat dapat kita aplikasikan dalam
tulisan kita.
Fungsi menulis bukan hanya membukukan sejarah, namun menulis juga
dijadikan sebagai sarana dakwah, berbagi informasi dan komunikasi. Jika penulis
sendiri memahami fungsi dari menulis adalah sebagai tempat berkeluh kesah yang
sesuai dengan diri penulis. Dengan menulis, penulis merasa keluh kesah yang ada
dalam jiwa dan pikiran ini mulai terkurangi.
Kegiatan menulis jika dijadikan kebiasaan, tentu sangatlah mudah,
bahkan tak ada lagi beban bagi kita (sang penulis). Namun, kegiatan menulis ini
terkadang dijadikan beban oleh sebagian orang. Bahkan mereka beranggapan bahwa
menulis ini bersifat sulit. Padahal menulis tidaklah sulit, yang terpenting
kita mencoba menuliskan apapun yang terpintas dalam benak kita. Semisal kita
mulai menulis dari hal yang kecil-kecil saja, seperti kegiatan harian kita.
Dimulai dari itu saja, barulah kita mulai yang lainnya. Menulis itu hanya butuh
keberanian untuk menuangkan pemikiran kita. Anantha Thoer pernah berkata
“Menulis adalah sebuah keberanian”, penulis cukup setuju dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Anantha Thoer, menulis butuh akan keberanian. Jika kita tidak
berani menuliskan pemikiran kita, bagaimana kita akan menyampaikan ide-ide
kita. Menulis butuh keberanian dan akhirnya menjadi sebuah kebiasaan, dan
apabila tidak melakukan kebiasaan, maka kita merasa ada yang kehilangan.
Selain kita mencoba menuliskan apapun yang ada dalam benak kita,
seorang penulis juga dituntut untuk memperkaya kacamata pengetahuannya dengan
membaca. Karena dengan membacalah seorang penulis dapat mengembangkan
penulisannya.
Yah seperti itulah, memang tidak dapat dipungkiri, seorang penulis
pasti dihadapkan dengan yang namanya gagal menulis, namun kegagalan ini bukan
malah menjadi down, tapi kegagalan dijadikan pelajaran untuk tidak
mengulangi hal yang sama untuk kedua kalinya.
Sebenarnya menulis itu asik loh... asalkan kita berusaha dan berani
mencoba. Jika sudah mencoba, jadikanlah menulis menjadi suatu kebiasaan dan
akhirnya menjadi cinta. Jika kita sudah mencintai menulis maka kita tidak akan
terbebani lagi. Buktinya para ilmuan, ulama’, dan para filosof dahulu bisa
menulis, mengapa kita tidak. Menulis itu mudah jika sudah dijalani. Lantas, apalagi yang membuat kita tidak menulis. Tak usah menunda-nunda waktu lagi, jika sekarang bisa, mengapa harus menunggu besok.
Mungkin itu saja,
Maaf, masih corat-coret harap dimaklumi.
0 Comments