“Jangan sampai orang tua kita meninggal, sebelum kita sukses”
Begitulah yang saya dengar tadi pagi ketika saya sedang melakukan
penelitian di salah satu Pesantren di Sidoarjo. Saya jadi teringat dengan kedua
orang tua saya di rumah. Mereka berdua membanting tulang siang-malam kepanasan,
kehujanan, dan tak jarang mereka berdua harus menerima kesakitan di bagian
tubuhnya karena saking kelelahannya.
Saya membayangkan wajah keduanya yang telah begitu tua, kulitnya
mulai keriput, pipinya cekung, matanya cekung, dan rambutnya mulai memutih dimakan
usia. Tapi semangatnya tak pernah keriput untuk memperjuangkan pendidikan anak-anaknya.
Berbeda dengan kita yang seringkali masih tak semangat dalam belajar. Padahal
kalau kita lihat pekerjaan mereka tidaklah sebanding dengan tugas-tugas kita di
kuliah dan tugas di organisasi.
Kita di kampus ini hanya ditugaskan untuk belajar dan berbudi yang
baik, tidak disuruh untung nyangkul, tidak disuruh menanam padi, tidak
disuruh mencari rumput, dan lain sebagainya. Kita hanya disuruh belajar, tapi
nyatanya kita seringkali malas belajar, lelah belajar, bahkan tak semangat sama
sekali, tentu kita harus malu jika kita coba bandingkan dengan semangat
orang tua kita di rumah. Mereka rela korbankan segalanya untuk anak semata
wayangnya itu.
Saya juga merasa sangat miris terhadap diri saya sendiri, ketika
mendengar kalimat ini, “Jangan sampai orang tua kita meninggal, sebelum kita
sukses”. Saya jadi bertanya-tanya apakah saya pernah membahagiakan
keduanya? Apa yang akan saya hadiahkan pada keduanya, jika sampai saat ini saya
masih seperti ini. Belum bangkit-bangkit dari tidur yang panjang. Ini yang saya
pikirkan, ketika saya mendengar kalimat itu. Bagaimana dengan kalian?
Sebenarnya inilah yang perlu kita pikirkan ulang, apakah kita pernah membuat
mereka bahagia atau jangan-jangan kita seringkali membuat keduanya selalu susah,
naudzubillah.
Perlu kita ketahui kawan, orang tua kita itu sangatlah sayang pada
kita (anak-anaknya ini) bahkan mereka rela tak membeli sesuatu yang beliau
inginkan, karena beliau takut uangnya
tak cukup untuk membelikan barang yang anaknya inginkan. Seperti halnya Ibu
kita, ketika kecil dulu, kadang Ibu rela
memilih berkata “Ibu sudah makan Nak, makan saja dulu”, padahal Ibu juga lapar,
tapi dia memilih mendahulukan anaknya. “Ibu tidak apa-apa Nak,” padahal beliau
sakit, tapi beliau pandai merahasiakan kesakitannya. Begitu mulianya hati
beliau kawan.
Semenjak di dalam rahim Ibu, kita selalu merepotkannya kawan,
adakah kita pernah membayangkan perjuangannya, saya kira kadang-kadang saja. Kita selalu sibuk dengan
diri kita sendiri kawan, padahal orang tua kita itu selalu mendoakan kita.
Coba jika Ibu yang lapar, apakah kita pernah mendahulukan beliau
dulu? Tentu tidak, bukan. Apakah kita langsung gercap ketika Ibu sakit, kawan?
Sepertinya kita masih perlu banyak-banyak belajar kawan. Khususnya mengenai
pentingnya menghormati, menyayangi, mengabdi, dan mendoakan keduanya dalam
setiap waktu kita.
Kalau bukan karena perantara keduanya tentu kita tak mungkin kenal
dengan alam dunia ini. Keduanya adalah guru bagi kita, dengan mereka berdualah
kita diajarkan berbagai pengetahuan yang belum kita ketahui di dunia ini.
Ingatlah kawan kedua orang tua kita itu adalah orang yang sangat
luar biasa dan sangat berjasa dalam kehidupan kita. Lantas apa yang bisa kita
hadiahkan untuk keduanya? Apakah hanya sebuah kesusahan untuknya atau bahkan
kebahagiaan untuk keduanya. Coba tanyakan pada diri kita sendiri terlebih
dahulu.
Bersyukurlah kawanku selagi orang tua kita masih ada, tanpa ridho
keduanya, kita bukanlah apa-apa kawan. Keduanya adalah orang yang luar biasa
dalam hidup kita. Doakanlah mereka berdua dalam setiap sholat dan bahkan setiap
waktu kita. Lebih-lebih bagi yang orang tuanya telah mendahului, kirimkanlah
hadiah doa kepada beliau. Ingat, ridhollahu wa ridhowalidain “Ridho
Allah tergantung pada ridho kedua orangtua.” Berbuat baiklah kita kepada
keduanya, baik itu dalam perbuatan maupun ucapan. Jangan sampai menyakiti
perasaan beliau berdua. Dan buatlah keduanya bangga dan bahagia melihat kalian.
0 Comments