Sumber : www.harunyahya.com |
Sains modern dalam memandang manusia dilihat dari segi fisiologis
semata. Namun, pandangan yang dilakukan oleh para sains modern ini cukup
berbeda dengan pandangan para filosof muslim yang umumnya memandang manusia
sebagai makhluk dua-dimensional. Manusia menurut para filosof muslim memiliki
dua dimensional yakni fisik dan non fisik. Pandangan filsafat Islam ini
terlihat lebih komprehensif jika dibandingkan dengan pandangan sains modern
yang cenderung hanya melihat dari satu sisi saja.
Jika manusia hanya dipandang hanya sebatas fisik saja, maka kita
akan segera menyadari bahwa manusia itu hanyalah makhluk yang tak ada artinya
dan bahkan makhluk yang sangat kecil dan sangat sedikit jika dibandingkan
dengan alam semesta ini. Manusia hanyalah sebuah titik yang sangat kecil dan
tentunya tidak dapat terlihat jika dibandingkan dengan besarnya alam semesta.
Namun, hal ini berbeda dengan pandangan para filosof muslim-sufi
yang memandang manusia bukan hanya dilihat dari segi fisiologisnya saja, tapi
juga dilihat dari segi non fisiknya. Mereka memandang bahwa manusia ini
merupakan bentuk terkecil dari alam semesta atau yang biasa dikenal dengan
mikro-kosmos. Mikro-kosmos berarti bentuk terkecil dari manusia. Mereka sangat
mengamini bahwa manusia sebagai makhluk yang terbaik ahsan takwîm
merupakan makhluk yang menyimpan cermin dari alam semesta ini.
Memang bentuk manusia sangatlah kecil jika dibandingkan dengan
besar dan luasnya alam semesta ini. Tentu jika kita coba pikirkan lebih lanjut
dalam benak kita, mengapa begini, mengapa begitu maksud dari para pemikir Islam
ini?
Perlu kita ketahui bahwa manusia disebut sebagai mikro-kosmos
karena manusia sendiri mengandung semua unsur yang ada di alam ini, seperti
halnya mineral, tumbuh-tumbuhan, maupun unsur hewan. Nah, di sini saya akan
mencoba membahasnya beberapa tentang unsur-unsur yang ada di dalam manusia.
Dari sudut kandungan mineral, manusia memiliki semua unsur mineral
seperti halnya zat tembaga, seng, dan lain sebagainya. Dan bahkan di dalam
manusia juga terdapat unsur-unsur amuba dan bakteri.
Selain memiliki kandungan mineral, ternyata manusia juga memiliki
unsur tumbuh-tumbuhan. Ibnu Sina
sebagaimana yang dikatakan oleh Mulyadi Kartanegara di dalam kitab Al-Najah
menyebutkan bahwa manusia memiliki daya seperti tumbuh-tumbuhan; seperti
melakukan penyerapan makanan, tumbuh, dan berkembang biak. Manusia juga perlu
makanan, layaknya tumbuhan; manusia juga tumbuh layaknya tumbuhan; dan manusia
juga berkembangbiak dalam mengembangkan keturunannya, tumbuhan juga begitu. Meskipun
manusia memiliki perbedaan yang sangat fundamental dalam melakukannya, namun
dari segi fungsi tidak memiliki fundamental yang berbeda-dalam artian memiliki
fungsi yang sama.
Manusia juga memiliki unsur hewan. Seperti halnya pengindraan dan bergerak.
Seperti halnya hewan, manusia juga memiliki penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan lain sebagaianya. Selain itu, sebagaimana hewan manusia juga
memiliki indera batin, seperti halnya; indera bersama, fantasi, imajinasi, dan
memori.
Satu hal yang membedakan manusia dengan mineral, tumbuhan, maupun
hewan adalah manusia memiliki akal atau yang disebut Aristoteles sebagai hayawanun
nathiq atau hewan yang berpikir. Inilah yang membedakan diri manusia dengan
makhluk-makhluk yang lainnya. Salah satu kemampuan dari akal manusia adalah
mampu mengabstraksikan sebuah simbol sehingga memiliki makna yang mampu
dipahami. Manusia sendiri mampu memahami bahasa dan inilah yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya.
Unsur malakuti juga dimiliki oleh manusia, di dalamnya terdiri dari
jiwa dan ruh sebagai organ-organ ruhani. Dengan mengandungnya unsur ini, maka
lengkaplah unsur-unsur kosmos dalam diri manusia yang terdiri dari unsur fisik
hingga non fisik.
Inilah yang disebut manusia sebagai mikro-kosmos atau bentuk kecil
dari alam semesta yang luas dan besar ini. Mungkin kita masih bertanya-tanya
tentang pembahasan manusia sebagai mikro-kosmos ini, oleh karena itu marilah
kita mencari tahu kebenaran pembahasan kali ini.
Wawwahu’alam
.
.
.
Nb.
Hasil bacaan saya di dalam buku Buku Gerbang Kearifan karya Mulyadi Kartanegara
0 Comments