Sumber: kumparan.com |
23 April merupakan salah satu tanggal yang ada di bulan April yang
ditetapkan sebagai hari buku internasional. Adanya peringatan ini pertama kali
dicetuskan oleh UNESCO dalam rangka mempromosikan peran membaca dan hak cipta.
Jika saya mencoba memahami adanya hari buku ini, saya kira hal ini
merupakan dobrakan kepada kita, khususnya generasi muda untuk giat-giat
menggalakkan membaca. Karena jika kita mencoba mengaca atau melihat
negara-negara yang maju itu pada umumnya masyarakatnya melek membaca. Nah,
tentu bagi kita, khususnya pemuda Indonesia yang negaranya masih dilabeli “Berkembang”
perlu banyak membaca buku.
Sebagaimana m.vivo.id dalam websitenya bahwa di tahun 2011 lalu
hasil survei UNESCO mengatakan bahwa indeks tingkat membaca masyarakat
Indonesia hanya 0,001 persen. Bahkan Most Literate Nation in the World pada Maret
2006 sempat merilis pemeringkatan literasi bahwa Indonesia ditempatkan diurutan
ke 60 di antara 61 negara. Sedangkan World Education Forum yang berada di bawah
naungan PBB menempatkan Indonesia diurutan 69 dari 76 negara. Nah, hal ini sangatlah membuktikan
bahwa angka literasi di dalam negeri ini sangat tertinggal sekali jika dibandingkan negara-negara yang lain.
Membaca itu sungguh sangatlah penting, karena dengan membaca buku pemikiran kita semakin terbuka dan
tentunya tidak akan berpikiran sempit. Membaca sendiri di dalam Agama Islam
juga seringkali disebutkan sebagaimana dalam Alquran; Iqra’ (bacalah),
dengan hal ini saja sudah nampak terlihat bahwa membaca di sini sangatlah
dianjurkan oleh agama.
Benar kata pepatah "Membaca adalah membuka jendela dunia", perlu kita ketahui bahwa membaca sebenarnya sangatlah bermanfaat apalagi untuk menambah pengalaman. Membaca sebenarnya sangatlah mudah, namun sangat disayangkan tidak semua orang Indonesia khususnya, yang menyukai kegiatan itu.
Jika saya mencoba memaknai tentang lemahnya tingkat literasi di Indonesia salah satu penyebabnya adalah angka buta huruf yang masih tinggi, apalagi di perdesaan. Tentu bagaimana mereka akan membaca, sedangkan dirinya masih buta huruf. Selain itu, akses buku yang masih kurang memadai, khususnya di daerah pedesaan. Mungkin jika di perkotaan kita bisa mengakses internet, kita bisa mengakses jurnal maupun ebook, namun jika dipedesaan akses itu belum ada.
Namun, bagi orang-orang perkotaan yang sudah mendapatkan akses yang memadai, masih malas untuk membaca, saya kira orang itu perlu diberikan pemahaman mengenai pentingnya membaca buku bagi kehidupan kita.
Semoga adanya hari buku internasional ini dapat membuka cakrawala pemikiran kita dan menggugah semangat kita agar terus membaca, terus membaca hingga tak terhingga.
0 Comments