Ranuyoso, begitulah namanya. Merupakan daerah kecamatan yang terletak paling utara dari kabupaten Lumajang. Perlu kita ketahui Ranuyoso memiliki sekitar sebelas desa atau kelurahan dengan luas wilayah sekitar 98,42 Km^2. Kesebelas desa itu di antaranya; Jenggrong, Meninjo, Tegal Bangsri, Alun-alun, Sumber Petung, Ranu Bedali, Ranuyoso, Wonoayu, Penawungan, Wates Kulon, dan Wates Wetan.
Di daerah ini kita dapat menemukan berbagai corak dan keunikan yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lainnya. Salah satunya adalah, Ranuyoso tergolong kaya akan hasil alamnya. Seperti buah kelapa, pisang, alpukat, nangka, durian, dan lain sebagainya. Nah itu dari segi buah-buahan. Dari segi pepohonan, Ranuyoso banyak ditumbuhi berbagai macam pohon, smisal Sengon, pohon kelapa, dan seterusnya. Jika dijual dapat menghasilkan uang yang tak kalah banyaknya.
Ranuyoso juga digolongkan pada daerah dataran tinggi. Buktinya di sana dapat kita jumpai gunung-gunung menjulang tinggi di kanan kirinya, dan berbagai macam perbukitan mengitarinya. Jadi tak heran jika jalan di sana bentuknya berkelok-kelok.
Mengapa jalan di daerah pegunungan dibuat berkelok-kelok???
Sewaktu di bangku sekolah dulu pembahasan ini pernah dibahas loh ya, masih ingat gak?? He he.
Jalan dibuat berkelok-kelok di daerah pegunungan—dataran tinggi maksudku—fungsinya agar kendaraan dapat cepat melaju—intinya memudahkan gitu. Pada umumnya kendaraan seperti motor dan mobil kesulitan menapaki jalan terjal, nah itulah mengapa jalan di dataran tinggi dibuat berkelok-kelok.
Eh, sepertinya pembahasan kita keluar jalur deh yak, tapi gak papa kan?
Ok lanjut.
Udara di daerah Ranuyoso ini cukup berbeda dengan daerah-daerah lainnya, mengapa? Ya, mengingat daerah ini berada di daerah dataran tinggi dan banyak pegunungan pula, sehingga menyebabkan udaranya dingin. Jadi kalau hidup di daerah ini, gak perlu pakai Ac (air conditioner) untuk mendinginkan suasana.
Daerah ini sangat jelas desa, kicauan burung masih banyak ditemukan di daerah ini. Dimalam hari juga tak jarang terdengar suara jangkrik dan burung hantu menyelimuti sepanjang malam. Ya, tentu berbeda jika dibandingkan di kota—tidak ditemukan suara jangkrik dan burung hantu di malam hari.
Perlu juga teman-teman ketahui, meski Ranuyoso merupakan daerah pegunungan, tapi kita tidak akan menemukan aliran sungai satu pun di sana—entah, aku pun tak tahu penyebabnya. Lalu masyarakatnya dapat darimana air? Beberapa waktu yang lalu aku pernah menuliskan tentang Ranu Bedali yakni sebuah danau Vulkanik. Tentu jika danau, pasti ada airnya, bukan? Nah, dari danau inilah masyarakat memperoleh air. Tapi bukan berarti masyarkat setiap hari harus ke danau itu, ngambil air, bukan begitu. PDAM sudah memberikan sarana untuk disalurkan ke rumah-rumah penduduk.
Masyarakatnya rata-rata keturunan suku Madura dan Jawa. Tentu keduanya berbeda, bukan? Meski begitu mereka sangat menghargai akan perbedaan ini. Nah, itulah yang patut ditiru dan dijaga kedamaiannya.
Agama mereka rata-rata Islam bercorak Ahlussunah waljama’ah—meski ada aliran-aliran lainnya. Di sana masih dapat kita temukan berbagai kegiatan keagamaan semisal tahlil, sholawatan, pengajian rutin, maulidan, dan seterusnya.
Jika kita pergi ke Lumajang dari daerah utara kita akan menemukan daerah ini. Setelah kabupaten Probolinggo, maka kita sudah berada di Kecamatan Ranuyoso.
Oiya, kalau ke Lumajang, jangan lupa berhenti di pasar buah Ranuyoso untuk membeli oleh-oleh dibawa pulang. Di pasar itu kita dapat menemukan berbagai macam buah-buahan dan makanan yang telah diolah oleh masyarakat sekitarnya.
Mungkin itu hanya sekilas seputar Ranuyoso, yang kepo boleh deh pergi ke sana, wk wk.
Telah terbit :
https://web.facebook.com/fahmi.hidayatullah.902/posts/2100428233612902
2 Comments