Tentu setiap manusia pernah merasakan “Rindu” tak terkecuali aku
dan kau
SERPIHAN RINDU, mungkin
dari dua kata ini kita sudah bisa menebak dengan apa yang ada di dalamnya.
Tentu tebakan pertama adalah “Rindu”, ya, barangkali bagi sebagian orang dan
mungkin bisa dipastikan semua orang memiliki perasaan—pernah--rindu. Entah itu
rindu dengan keluarga, pasangan, teman, kenalan, masa lalu, bahkan rindu dengan
Sang Pencipta.
Rindu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sangat ingin atau
berharap benar terhadap sesuatu, memiliki keinginan kuat untuk bertemu.
Sedangkan padanan katanya adalah cinta,
cita, duka, dukacita, gelebah, gelisah, gulana, kangen, nestapa, sedih hati,
sungkawa, dan susah hati.
Sekilas rindu memang termasuk ke dalam salah satu fenomena yang
tidak pernah asing dan memang suatu fitrah
yang Allah berikan kepada setiap anak Adam tak terkecuali dengan saya maupun
dengan Anda, iya gak?
Bagi saya pribadi ungkapan rindu sangatlah pelik ketika
diinterpretasikan dalam bentuk lisan, karena memang bentuk rindu secara bentuk
tidaklah nampak, tapi pada realitanya rindu bisa dirasakan oleh hati kita
masing-masing. Nah, di dalam buku yang berjudul “Serpihan Rindu” yang berisikan
kumpulan cerpen dan puisi merupakan segelintir ejawantahan rasa yang tak bisa
diungkapkan itu dalam bentuk karya fiksi.
Buku antologi ini ditulis oleh tigapuluh dua penulis yang berasal
dari berbagai daerah. Diterbitkan oleh AE Publishing pada Agustus 2018. Terdiri
dari cerpen sekitar tigapuluh dua naskah dan naskah puisi berjumlah sekitar
limabelas puisi. Semua naskah di dalamnya bertemakan tentang rindu.
Rindu bagi saya pribadi sangatlah menarik untuk dibahas atau lebih
tepatnya bagus dijadikan sebagai tema dalam menulis karya fiksi—baik itu
cerpen, novel, maupun puisi. Saya kira kita seringkali menemukan karya baik
buku maupun film yang mengangkat tema rindu, bukan? Seperti baru-baru ini
sangat booming dengan ungkapan tokoh utama dalam film Dilan “Jangan
rindu, rindu itu berat, biar aku saja” begitulah sepenggal kutipan ucapan film
yang berangkat dari novel Dilan 1990 karya Pidi Baiq itu. Tak dapat dipungkiri
kutipan ucapan Dilan tentang rindu ini mampu menyihir berbagai kalangan, baik
itu pemuda, anak-anak, orang dewasa, maupun orang tua. Bahkan nih, film Dilan
sudah ada yang menjadikannya sebagai bahasan dalam tugas akhir mahasiswa, hebat
bukan? Dari kota sampai desa masyarakat mampu tersihir oleh kata-kata dalam
film Dilan, tak jarang saya pribadi seringkali mendengar kalimat itu diucapkan
baik memlaui chat atau saat berbicara.
Selain itu, kita mungkin seringkali membaca atau mendengar syair
atau puisi sufistik yang menjadikan tema rindu sebagai landasannya. Biasanya
kalau puisi sufistik mengandung tema rindu kepada Sang Pencipta, yakni
kerinduan seorang hamba untuk kembali ke dalam fitrah sejatinya.
Saya kira tema rindu bukan hanya diejawantahkan dalam karya sastra
tapi juga dalam karya seni musik. Tak jarang kita seringkali menemukan atau
mendengar musik yang diiringi dengan lagu tentang kerinduan—paling banyak sih
tentang kerinduan kepada sosok yang dipuja, bener gak? Jawab dalam hati aja yak,
wk wk. Ya, bisa dibilang sangat lumrah kita temui lagu bertemakan rindu, baik
itu dangdut, pop, rock, bahkan qosidah pun mengungkapkan soal kerinduan.
Sungguh banyak karya atau pembahasan yang mengusung tentang rindu.
Rindu bukanlah makhluk asing yang baru datang ke bumi, tapi sudah jauh sebelum
kita lahir perasaan rindu sudah muncul menghinggapi manusia. Seperti kisah
manusia pertama yakni nabi Adam as yang merasakan kerinduan kepada isterinya
Ibu Hawa ketika mereka berdua berpencar sewaktu diturunkan ke dunia.
Begitulah sekilas celoteh saya mengenai rindu dan buku antologi
Serpihan Rindu. Pembahasan rindu seakan-akan tiada habis-habisnya untuk
dijadikan sebagai tema dalam dunia berkarya.
0 Comments