Hari ini Minggu 25 November 2018 merupakan peringatan hari guru
nasional. Perlu teman-teman ketahui bahwa peringatan hari guru berbeda dalam
setiap negara termasuk Indonesia. Mungkin untuk tulisan kali ini, kita tidak
akan membicarakan mengenai sejarah, mengapa ada guru nasional? Karena saya
sendiri pernah menuliskan sejarah hari guru nasional pada web bernas.id (lihat: https://m.bernas.id/52916-sekilas-sejarah-hari-guru-nasional.html )
Berbicara tentang guru, tentu tidak akan pernah terlepas dengan pembahasan pendidikan termasuk komponen-komponen pendukungnya, bukan? Di mana dalam sejarah perjalanannya guru memiliki peranan yang sangat signifikan di dalam mencerdaskan anak bangsa. Orang-orang seperti BJ. Habibi, Nurkholis Madjid, Jokowi, Sby, Megawati, dan sederet nama besar lainnya—yang tak bisa saya tuliskan satu persatu—dibesarkan dan didik oleh para guru.
Berbicara tentang guru, tentu tidak akan pernah terlepas dengan pembahasan pendidikan termasuk komponen-komponen pendukungnya, bukan? Di mana dalam sejarah perjalanannya guru memiliki peranan yang sangat signifikan di dalam mencerdaskan anak bangsa. Orang-orang seperti BJ. Habibi, Nurkholis Madjid, Jokowi, Sby, Megawati, dan sederet nama besar lainnya—yang tak bisa saya tuliskan satu persatu—dibesarkan dan didik oleh para guru.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia guru adalah orang yang
berprofesi sebagai pengajar. Di Indonesia guru lebih diidentikkan dengan mengajar, mendidik, membimbing,
mengarahkan, melatih, dan lain sebagainya. Tentu pemaknaan guru bukan hanya
dikenal dalam ranah pendidikan saja, dalam ranah agama juga dikenal dengan Syeikh
(jika di dalam agama Islam) yang fungsinya hampir sepadan dengan makna guru
dalam KBBI. Tapi di sini saya rasa kurang cocok jika berbicara tentang guru
dalam agama guys!!! Ok kita coba fokus lagi.
Seperti yang sudah saya katakan diawal, bahwa kita tidak akan
membicarakan sejarah terbentuknya hari guru nasional guys!!
Peranan guru saya kira sangat penting dalam memainkan fungsinya
sebagai pendidik, pengajar, pembimbing bagi anak bangsa. Terutama di zaman yang
seperti ini, peserta didik yang dihadapi identik dengan sebutan generasi
milenial, dengan salah satu ciri kehidupannya adalah tak terlepas dengan
pengaruh kecanggihan digital. Nah di sinilah seorang guru dituntut untuk mampu
memposisikan dirinya yang beda zaman itu. Seorang siswa atau pun mahasiswa
tidak bisa dipaksa menggunakan metode yang digunakan pada masa gurunya belajar,
tapi si siswa perlu mendapatkan pengajaran sesuai dengan zaman ini.
Seorang guru sudah seharusnya melek terhadap perkembangan teknologi
informasi yang makin membludak, karena ketika tidak mengikuti perkembangan
arusnya bisa-bisa sang guru tergilas oleh generasi yang dididik. Bagaimana akan
mendidik jika tak memahami zaman individu yang akan dididik, bukan? Semisal nih
seorang guru sudah sepantasnya menggunakan perangkat proyektor dalam mengajar.
Selain itu, sudah seharusnya pula seorang guru hendaknya
mengarahkan para siswa atau mahasiswanya ke arah yang positif. Seorang guru
bukan hanya mengajar, tapi juga mendidik. Bedanya antara mengajar dan mendidik
adalah, jika mengajar hanya sekadar mengajar tanpa mendidik, sedangkan mendidik
lebih komprhensif maknanya.
Tak dapat dipungkiri generasi yang didik sekarang mudah mendapatkan
informasi dan tak jarang merek menelannya mentah-mentah, nah di sinilah juga
guru memiliki peran untuk mengarahkan para siswanya agar tidak mudah percaya
dengan informasi yang ia dapat sebelum tahu keabsahan informasinya.
Peranan seorang guru merupakan figur penting setelah orang tua
kita, ya mungkin ketika kita bayi guru pertama kita adalah Ibu kita. Bagaimana
Ibu kita mendidik dan mengajarkan bagaimana cara melakukan hal sederhana
seperti cara berjalan, cara makan, dan seterusnya.
Cukup di sini saja guys, tulisan kali ini, selamat hari guru
nasional, semoga guru-guru kita mendapatkan pahala dari Allah Swt. sebagai
balas jasanya selama ini. Kemungkinan besar saya tak kan bisa menulis seperti
ini jika guru saya tak pernah mengajarkan tulis menulis.
“Sekali guru tetap guru!! Tak ada namanya bekas guru, bekas
pacar iya”.
0 Comments