Sumber Gambar: Kompas.com |
Bagi sebagian orang,
mungkin momen seperti saat ini adalah suasana yang paling ditunggu-tunggu.
Apalagi sudah cukup lama tak bersua dengannya. Anda sebagai pembaca saya kira
bertanya-tanya, terkait apa maksud pembuka dalam tulisan kali ini. Ok!! Hal
yang ditunggu-tunggu adalah hujan.
Mungkin kita sudah
mafhum dengan sebutan "Hujan Membawa Berkah" meski terkadang kita
belum memahami, alih-alih sudah paham namun tak sadar tiba-tiba menggerutu
ketika hujan datang. Alasannya karena baju belum kering-lah, basah kuyub-lah,
dan tak jarang kita masih bermalas-malasan menarik selimut lalu berkelana ke
dunia kapuk. Saya kira pengucapan orang-orang terkait "Hujan Membawa
Berkah" ini ada benarnya. Mengapa? ya, bagaimana tidak dikatakan
benar lawong hujan itu dapat memberikan keuntungan bagi umat
manusia. Asal muasal tanah tandus menjadi subur, tanaman mati jadi kembali
hidup, kekurangan air menjadi terpenuhi, dan seterusnya.
Ya, memang tidak semua
hujan dapat memberikan manfaat bagi manusia, semisal hujannya berlebihan
sedangkan selokan dan sungai tak kuat menampung air yang berlebihan dan
terjadilah banjir. Dan biasanya nih ujung-ujungnya kita akan menggerutu? Tapi coba
kita pikirkan ulang, apakah dengan menggerutu banjirnya akan reda? Saya kira
tidak. Mungkin jika kita pahami secara sederhana, asal muasal penyebab banjir
itu apa? Apakah langsung banjir? Atau jangan-jangan karena selokan yang kecil
akibat banyaknya pembangunan didirikan? Atau karena sampah-sampah menyumpal
saluran air dan mengisi sungai-sungai. Selama ini mungkin yang sering mengalami
banjir adalah wilayah kota, seperti di Surabaya misalnya.
Fenomena banjir di
Surabaya saya kira sudah sangat mafhum di musim penghujan. Penyebab
permasalahannya dari waktu ke waktu masihlah cukup sama, karena selokan kecil
dan sampah-sampah yang memenuhi saluran selokan. Pernah di tahun 2017 lalu,
banjir menggenang fasilitas umum, seperti kampus, jalan, dan bahkan sampai ke
rumah penduduk. Tentu waktu itu aktivitas masyarakat sangat terganggu sekali.
Alih-alih harapannya semoga musim hujan kali ini tidak akan mengakibatkan
fenomena seperti sebelum-sebelumnya lagi, amin.
....
Ok, kita pindah topik
guys!!
HUJAN MENGINSPIRASI
Hujan bagi kebanyakan
orang adalah fenomena alam yang cukup menarik. Apalagi bagi para penyair. Momen
seperti ini dijadikan sebagai suasana yang cukup tepat untuk mengejawantahkan
kata-kata puitis dalam selembar kertas. Begitu pas dan menarik, air dari atas
sana bagaikan ditumpahkan saja, lalu membasahi setiap benda di atas bumi.
Menarik bukan? Begitulah kata-kata meluncur begitu saja ketika menikmati
suasana hujan dari dalam rumah.
Tak dapat dielak memang
pada kenyataanya banyak karya penulis yang menggunakan tema hujan sebagai bahan
dalam tulisannya. Tak usah jauh-jauh semisal karya Sapardi Djoko Damono
berjudul “Hujan di Bulan Juni”, novel milik Boy Candra berjudul “Setelah Hujan
Reda”, “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi”, “Senja, Hujan, dan Cerita yang Telah
Usai”, kemudian karangan Tereliye berjudul “Hujan”, dan masih banyak lagi karya
sastra bertemakan tentang hujan. Menilik beberapa karya di atas tentu begitu
jelas bagaimana hujan sebagai bentuk ejawantahan kebesaran Allah menjadi sumber
inspirasi dalam membuat karya.
Hujan datang sebagai
rahmat dan nikmat yang Allah berikan kepada kita, oleh karenanya bersyukurlah
dengan hadirnya hujan. Karena hujan merupakan rezeki yang Allah berikan kepada
kita semua sebagai khalifah di muka bumi ini. Oiya, bagi kamu yang suka merangkai kata, jangan lewatkan momen-momen seperti ini guys!!.
Mungkin itu saja guys,
untuk celoteh kali ini, sampai jumpa.
0 Comments