Sumber: belitung.tribunnews.com |
Maulid Nabi, begitulah sebutan mafhum terutama di wilayah Indonesia.
Tentu bukanlah hal tabu lagi ketika diperingatinya hari kelahiran manusia
sempurna yang namanya selalu diagung-agungkan sepanjang masa. Siapa yang tak
kenal dengan nama ini, di seantero jagat alam semesta sama-sama mengenalnya,
bahkan nama beliau menjadi urutan teratas di dalam daftar seratus tokoh
berpengaruh di dunia.
Biasanya peringatan maulid Nabi atau kelahiran nabi Muhammad Saw
jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Mengapa dikatakan tahun Gajah? Karena
pada waktu itu Muhammad dilahirkan kota Mekkah sedang diserang oleh tentara
dengan mengendarai gajah (Buka: surah al-Fîl).
Mungkin jika di Indonesia perayaan maulid Nabi dalam setiap daerah
berbeda-beda. Hal ini tentu tidak pernah terlepas dari faktor budaya dan
tradisi masyarakat setempat dalam merayakan hari kelahiran Nabi pilihan—yang namanya terus abadi dalam setiap zaman itu.
Seperti yang disebutkan oleh web liputan6.com pada tanggal 22 Desember 2015, di
daerah Madura dikenal dengan Muludhen biasanya digelar dengan pembacaan barzanji
atau riwayat kehidupan Nabi dan juga diselingi oleh ceramah keagamaan. Selain
itu biasanya para perempuannya datang ke Masjid maupun Musholla dengan membawa
talam yang berisi tumpeng dan berbagai macam buah-buahan lainnya. (Hm, nah
ini enak he he)
Berbeda halnya dengan di Padang-Sumatera Barat ada tradisi Bunga
Lado yakni sebuah pohon hias berdaunkan uang kertas dengan bermacam-macam
nominal. Biasanya uang ini disumbangkan dalam pembangunan ibadah. Kemudian di
Garut Jawa Barat ada tradisi Kirab Ampyang. Tradisi ini dengan menyajikan
makanan dengan diarak keliling lalu terakhir di doakan oleh para ulama kemudian
dibagi-bagikan kepada masyarakat dengan mengharapkan keberkahannya. Kemudian di
Surakarta (Solo) dan Yogyakarta dalam setiap tahunnya selalu saja dirayakan acara
Sekaten dan jika dirunut sejarahnya upacara ini berawal dari para Walisongo.
Barangkali jika disebutkan semua, mengenai ekspresi masyarakat
Indonesia dengan notabene mayoritas masyarakat muslim, bisa dipastikan banyak
sekali tradisinya dan tentunya tulisan kali ini akan sangat panjang. Nah, itulah
di atas mengenai beberapa bentuk ekspresi masyarakat Indonesia dalam
memperingati kelahiran sosok insan kamil.
Jika kita coba pahami lebih mendalam—mungkin sudah seringkali saya
ulas terkait memahami segala sesuatu yang terjadi, nah kali ini kita akan
mencoba memahami maulid nabi dalam kehidupan kita—terkait hadirnya maulid Nabi,
saya rasa cukup menarik dan tidak hanya sebatas dirayakan secara dzahir
atau secara empiris semata, namun bisa diaplikasikan dalam pemaknaan batin.
Ya, mungkin kegiatan perayaan maulid Nabi diekspresikan dalam
bentuk berbagai kegiatan itu bagus, namun akan lebih bagus lagi jika pemahaman
kita bukan hanya merayakan saja tapi mencoba menaladani sikap Rasulullah.
Bukankah di dalam Alquran pernah disebutkan (Lihat: al-Ahzab 21) “Telah ada
dalam diri Rasulullâh itu tauladan yang baik bagimu yakni bagi orang-orang yang
mengharapkan rahmat Allah dan hari akhir serta banyak mengingat Allah”.
Begitu jelas di dalam ayat ini bahwa Rasulullah adalah manusia ideal yang
seharusnya dijadikan teladan bagi kita.
Bisa dikatakan cukup ganjil jika kita hanya memahami kelahiran Nabi
sekadar merayakan dalam bentuk perayaan atau mengadakan berbagai kegiatan,
namun tidak menyadari bahwa pada hari ini kita diharuskan untuk mempelajari
tindak tanduk akhlak Rasulullah lantas diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Ya, mungkin memang sih kita tidak dapat langsung ujuk-ujuk
begitu, namun sudah sepantasnyalah dan sudah sewajarnyalah sebagai umat
Rasulullah kita mencoba memaknai maulid nabi bukan hanya sekadar merayakan tapi
mencoba mengaplikasikan akhlak Rasulullah dalam kehidupan kita sehari-hari.
1 Comments