“Guru terbaik adalah pengalaman”
~pepatah lama
PPL kepanjangan dari Program Pengalaman Lapangan. Barangkali
bukanlah istilah asing lagi dalam benak mahasiswa maupun masyarakat. Program
ini diperuntunkan untuk mahasiswa sebagai ajang pembelajaran kelak ketika lulus
dari kuliah. Mendapati tujuannya seperti ini, saya rasa tidak masalah jika
diadakan program seperti ini. Kenyataan berkata bahwa tidak semua prodi
melaksanakan prorgam seperti ini, tergantung dari kebijakan setiap prodi.
Beberapa waktu lalu saya sendiri melaksanakan program PPL yang
telah saya ambil sewaktu mengatur KRS (Kartu Rencana Studi) di awal bulan
semester ini. Kebetulan program dicanangkan oleh prodi kami ini belum pernah
diterapkan di angkatan sebelum kami. Realita terjadi PPL saya termasuk sebagai
PPL pertama atau jika mengutip sebutan teman-teman adalah PPL percobaan.
Saya pribadi cukup setuju jika dikatakan sebagai “Percobaan”. Bagi
saya menjadi pertama biasanya akan menjadi bahan evaluasi untuk ke depannya dan
tentunya lebih menantang. Nah itulah salah satu alasan saya memilih program ini
saat memilih jadwal perkuliahan.
Program ini saya dan enam teman lainnya melaksanakannya di Pondok
Pesantren As-Salafi Al-Fithrah Kedinding Lor Surabaya. Kami di sana tidak
pulang pergi, namun menetap di sana untuk beberapa hari. Di sana kami juga
mengikuti kegiatan pondok, sebagaimana santri-santri lainnya. Barangkali cukup
aneh, namun saya pribadi cukup bahagia karena menjadi santri kembali.
Mengingat prodi Kami adalah Tasawuf dan Psikoterapi alasan yang
menjadi pendukung dalam memilih pondok pesantren ini adalah karena di pondok
ini terdapat tarekat Qadiriah Wa Nnaqsyabandiyah yang cukup terkenal. Ternyata
benar di dalam pondok pesantren ini pelaksanaan amalan yang biasanya
dilaksanakan dalam tarekat ini tidak tertutup hanya untuk yang berbaiat saja,
namun juga diaplikasikan dalam kegiatan pesantren.
Kegiatan pesantren yang menurut beberapa keterangan tidak dapat
ditinggalkan. Kegiatan ini bersifat ibadah dengan sebutan wadlifah. Kegiatan
wadlifah ini meliputi salat berjamaah, salat qabliyah dan ba’diyah, isyraq,
duha, istiadah, litsubbutil iman, witir, sujud syukur, dan seterusnya.
Begitupun dengan dzikirnya juga diaplikasikan dalam wirid-an selepas salat,
semisal dzikir jahr bacaan “lailahaillallah” dengan diiringi gerakannya
sebanyak 165 kali. Selain itu, selepas salat maghrib membaca burdah setiap
malam, kecuali hari Kamis malam Jum’at.
Selama di sana kami tidak hanya mengikuti kegiatan pesantren, namun
juga ditugaskan untuk membantu mengisi kelas yang tidak ada gurunya. Ya, dilain
sisi memang kami tidak memiliki basis sebagai guru, namun mau tidak mau kami
mencoba memasukinya. Namun ketika di kelas, kami bukannya mengajar, tapi mengisinya
dengan kegiatan terapi baik individu maupun kelompok. Di sinilah saya pribadi
merasa belajar terapi di bangku kuliah menjadi tersalurkan.
Mendapati pengalaman PPL seperti ini, saya pribadi merasa cukup
terbantu. Mengapa begitu? karena jika selama ini hanya berkutat pada teori
semata dan di kelas saja. Sedangkan ketika PPL kami dituntut untuk beradaptasi
dengan hal baru. Baik itu orang baru, tempat baru, dan masalah-masalah baru.
Tidak dapat dielak banyak dari kalangan santri yang meminta terapi
serta konseling mengenai apa yang sedang terjadi pada dirinya. Di sisi lain
kami dapat menyalurkan serta mengembangkan ilmu yang pernah diajarkan di kelas,
di sisi lain pula kami merasa bahagia ketika membantu klien. Satu hal lagi yang
membuat saya tidak terlupakan sama sekali adalah melakukan terapi SEFT
(Spiritual Emotional Freedom Technic) kepada salah satu santri baru. Waktu itu
saya masuk ke kelasnya dengan ditemani oleh satu teman saya. Permasalahan yang
dialami si-klien ini adalah rindu pada orang tua dan tidak krasan. Akhirnya
saya coba menterapinya, tiba-tiba satu kelas ikut menangis, termasuk anak ini
juga menangis. Selang beberapa hari kemudian, ketika saya berpapasan dengan
anak ini di pondok, dia lantas menuturkan “alhamdulillah Kak, aku tidak
menangis lagi dan aku sudah krasan”. Mendapati tuturan seperti ini
benar-benar bahagia diri saya pribadi.
Inilah sekilas pengalaman saya selama di tempat PPL. Sebenarnya
banyak hal yang saya dapatkan, namun saya cukupkan sampai di sini saja.
7 Comments
Alhamdulillah, juga sama-sama pengalaman😊
Tapi, kadang ada juga yang cinlok dengan murid. :D