Dalam memenuhi kebutuhan ini, mau tidak mau, suka tidak suka sosok
manusia perlu membanting tulang untuk melengkapi kebutuhannya itu. Berbagai
cara dilakukan mulai dari pekerjaan halal hingga sebaliknya. Hal ini lagi-lagi
tidak terlepas karena alasan untuk mencukupi segala kebutuhan manusia sendiri.
Lagi-lagi kembali kepada money atau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti uang atau alat tukar, harta, dan kekayaan. Hanya dengan uanglah
seseorang dapat membeli kebutuhannya itu.
Banyak orang berasumsi di zaman seperti saat ini mencari uang
begitu sulit bahkan ada yang mengatakan “Yang haram sulit, apalagi yang halal.”
Inilah salah satu dalih yang digunakan oleh sebgaian orang untuk menghalalkan
segala pekerjaannya. Apalagi jika mendapati kebutuhan manusia makin hari
harganya meroket, sudah tidak menjadi pertimbangan lagi soal halal dan haram. Ditambah
lagi ada tawaran pekerjaan dengan nominal besar, segera disikat tanpa berpikir
dua kali. Begitulah barangkali yang terjadi pada kejadian akhir-akhir ini
tentang direksi PT. Amoeba Internasional.
Sebagian orang mungkin sudah tidak asing lagi dengan PT Amoeba
Internasional yang berafiliasi bersama PT Q-Net. Di sini PT Q-Net berkududukan
sebagai induk perusahaan dengan menggunakan sistem piramida dalam melakukan
bisnisnya.[1] PT
induknya menyebutkan bahwa dirinya menggunakan sistem MLM atau Multi Level
Marketing. Pusat perusahaannya terletak di Hongkong dan cabangnya telah
menyebar di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia akhir-akhir ini PT Amoeba mendapati sebuah kasus
dengan hasil penangkapan Tim Cobra Polres Lumajang (Jawa Timur) kepada salah
satu pelaku dengan inisial MK (48), asal Madiun. Semula Tim Cobra tidak
mengusut masalah ini, namun di awal sekitar September Tim mendapatkan informasi
pengaduan kehilangan anak oleh salah satu warga.[2]
Mendapati hal ini Tim bergerak cepat hingga ujungnya bukan penculikan, namun
sang anak bergabung dengan Q-Net dengan tanpa seizin orang tuanya. Selain itu
ia juga diharuskan membayar uang sejumlah 10.000,000,00 untuk menjadi member
Q-Net.
Beberapa keterangan menuturkan bahwa para member-sebelum
masuk—dijanjikan untuk dijadikan pendata barang dengan upah tiga juta rupiah
dalam setiap bulannya. Namun betapa kecewanya orang yang telah menceburkan diri
dalam perusahaan ini. Ternyata kenyataan tidak semanis ucapan. Malah mereka
diperintahkan atasannya untuk mencari anggota baru dengan sistem serupa. Arsal
selaku Kapolres Lumajang menyebutkan bahwa berbagai cara dilakukan korban untuk
membayar patokan harga di sini. Mulai dari menjual sawah, menggadaikan barang,
hingga menabur hutang di sana sini.[3]
Dalam menanggulangi hal ini pihak Kapolres dan Tim Cobra membentuk
koordinator wilayah se-Indonesia untuk mensukseskan misi menyibak kebenaran.
Tim menunjuk Didik Puwanto asal Wates Wetan, Ranuyoso, Lumajang. Didik sendiri
mengaku dia diminta pihak polres. Selain
itu ia merasa karena dirinya pernah mengarungi dunia Q-Net, “Karena berkat
pengalaman aku dulu di Q-Net. Seperti apa susuahnya dan kalau mental gak kuat
banyak sampek bunuh diri.” Didik pun
tidak menginginkan jika banyak korban berjatuhan akibat tipu muslihat para
oknum Q-Net.
Didik sendiri sebelum ditunjuk ia mengaku terinspirasi dari
keramaian netizen di grup facebook Sahabat MAS tentang penipuan Q-Net. Serta
banyak yang menyertakan komentar-komentar jelek, namun sayang tidak bergerak
untuk berkontribusi pada Kapolres Lumajang. Mendapati hal inilah dia tergugah
untuk menghubungi pribadi Sahabat Mohammad Arsal Sabhan. Tidak hanya itu saja
ia mengaku “Saat ini banyak member Q-Net ditelantarkan. Sebelum gabung dikasih
yang manis-manis, bahkan dilayani seperti raja. Tapi setelah join malah mereka
dibiarkan kelaparan dan bahkan disuruh jalan kaki sendirian,”tuturnya dalam
sebuah wawancara online.[4]
Sampai hari ini korban yang tergabung dalam grup whatshaAp sudah
mendacapai sekitar 140-an.. Hingga hari ini, petisi mengenai Q-Net semakin
digenjarkan untuk diisi. Hal ini tidak lain hanya untuk menegakkan kebenaran di
atas muka bumi. Penulis pribadi merasa permasalahan ini makin runyam, apalagi
baru saja 1 Oktober 2019 pada sekitar pukul 20.30 WIB AKBP M. Arsal Sabhan di
grup SAHABAT MAS menyebutkan bahwa tiga bos Q-Net, direksi dari PT Amoeba Internasional
tidak dapat menghadiri pemeriksaan kapolres Lumajang. Dalam tulisan ini pula
dituturkan bahwa hal ini sudah kedua kalinya pihak tim Kapolres mengundangnya
sebagai saksi. Lagi-lagi dalam tulisan ini Arsal Sabhan angkat bicara “Seharusnya
ketiga Direksi PT Amoeba Internasional tidak usah takut kalau merasa benar.
Kami sudah melakukan pemanggilan sebanyak 2 kali dan tidak dipenuhi.”[5]
Saya pribadi cukup menyetujui dengan ucapan Arsal Sabhan dengan
memainkan sisi logis dari realita terjadi. Tentu jika berada di posisi benar,
seharusnya tidak perlu bersilat lidah, menaburkan banyak kealpaan tidak
menghadiri undangan. Di samping itu rasanya kurang realistis ketika mengatakan
bahwa tiga orang sama-sama sakit. Tentu ini lumayan ganjil, “Sakit kok
berbarengan?.”
Sudah seharusnya kebohongan diungkap, karena sepandai-pandainya menyimpan
bangkai, akan tercium juga!!! Sepandai-pandainya bersilat lidah, bahasa tubuh
tidak dapat bersilat darinya. Sepandai-pandainya melarikan diri, pasti
ketakutan akan mengejar hidupnya.
[1] Maksud dari
sistem priramid adalah sistem bisnis yang membentuk binari, di mana dalam
setiap cabang kanan dan kiri akan terus bercabang. Hal ini di Indonesia
termasuk pelanggaran UU Perdagangan RI No. 7 tahun 2014, pasal 105.
[2] Selengkapnya
klik link ini https://www.youtube.com/watch?v=kLs2LzDYCa0
[3] Dalam petisi
change.org, diunduh pada tanggal 1 Oktober 2019, pukul 21.11
[4]Satu hal lagi
yang membuat saya tertampar rasanya, sikap tidak memanusiakan manusia. Dilansir
dari media pemberitaan m.bisnis.com, dituturkan oleh Kapolres Lumajang
(3/9/2019) Para member tidak diperkenankan keluar. Beberapa dari mereka
ada yang berani melarikan diri dari jendela ketika malam telah tiba. Makan nasi
hanya dengan garam, makan mie, dan bahkan ada yang mencuri singkong tetangga
demi mempertahankan hidup. Selengkapnya lihat Abdul Jalil, “Sepak Terjang
Bos-Q-Net Asal Madiun Terhenti di Lumajang,” https://m.bisnis.com/surabaya/read/201909/05/531/1144765/sepak-terjang-bos-q-net-asal-madiun-terhenti-di-lumajang,
diunduh 2 Oktober 2019 pukul 19:03 WIB
1 Comments