Sebentar lagi lebaran akan tiba. Beragam persiapan
disiapkan, mulai dari membeli baju baru, kue bermacam rasa, hingga tampilan
rumah baru. Namun tahukah kamu apa itu lebaran? Lebaran dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia merupakan hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1
Syawal,, tepatnya setelah menjalankan puasa selama bulan Ramadan.
Selama ini barangkali kita mengira bahwa terminologi
lebaran berasal dari bahasa Arab. Ternyata perkiraan ini kurang tepat, istilah
lebaran berasal dari bahasa Jawa yakni kata “Wis Bar” atau sudah selesai
menjalankan ibadah puasa selama sebulan.[1] Selain
itu ada yang menganggap berasal dari bahasa jawa dari kata lebar berarti usai, juga
berasal dari bahasa Madura “Lober” berarti sudah selesai, dalam bahasa Sunda “Lebar” bermakna melimpah ruah
atau disebut juga “Boboran,” dan dalam bahasa Betawi “Lebar” maknanya luas dan
dalam.
Momen lebaran menjadi sebuah agenda membahagiakan
bagi umat muslim. Setelah sebulan lamanya berpuasa, mengurangi makan, minum,
dan nafsu, serta memperbanyak ibadah. Dalam
lebaran-lah umat muslim mendapatkan kemenangan. Berbagai persiapan
disiapkan dalam merayakan hari kemenangan itu.
Bersalam-salaman, silaturahmi ke rumah kerabat jauh,
bermaaf-maafan adalah beberapa momen indah saat lebaran. Kembali fitrah jika
menyitir ucapan para Dai. Namun untuk lebaran tahun ini sangatlah berbeda
dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya orang-orang di rantau, yang mengadu
nasib untuk mencari sesuap nasi atau yang sedang mengenyam pendidikan juga
kembali ke desa untuk merayakan hari kebahagiaan itu. Akan tetapi sekarang
tidak, karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk pulang..
Wabah virus masih terus saja bekerja. Padahal di Indonesia sudah terhitung dari bulan Maret
hingga sekarang bulan Mei. Ini merupakan serangkaian peristiwa yang belum bisa
dindikasikan kapan berakhirnya. Bahkan semakin hari kasusnya bertambah parah. Dilansir dari radarsuarabaya.jawapos.com (22/05) provinsi Jawa Timur mendapati rekor
tertinggi. Terhitung pada hari Kamis (21/05) dalam sehari 502 kasus. Mendapati
ini tentu menjadi persoalan dan sekaligus keresahan didetik-detik mendekati
lebaran.
Fenomena adanya kasus itu, sejatinya tidak
mengherankan karena jika ditilik dari beberapa tindakan masyarakat yang kurang
mengindahkan protokol dari pemerintah. Beberapa pusat perbelanjaan menjadi
ajang masyarakat untuk melupakan physical
distancing, social distancing, dan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).
Hal ini dipaparkan oleh merdeka.com (20/05)
dibeberapa unggahan di media sosial, seperti mal di Palembang, Jember,
Lumajang, Tangerang, Serang, masyarakat berdesak-desakan memenuhi mal-mal itu.
Lain halnya postingan di akun media sosial seperti
di instagram, tenaga medis yang menyatakan “Indonesia Terserah.” Berbulan-bulan
mereka menangani persoalan ini, namun sebagian masyarakat belum menyadari bagaimana perjuangan mereka berada di garis pertahanan. Orang-orang mengatakan
tenaga medis sebagai garda terdepan. Apakah benar garda terdepan atau sejatinya
mereka garda pertahanan? Seharusnya kita-kita inilah yang harus menjadi garda
terdepan itu. Mematuhi aturan, menjaga kebersihan, menjaga jarak, serta
bekerjasama untuk menyelesaikan persoalan ini.
Kondisi inilah yang mengisi perjalanan umat muslim Indonesia
selama Ramadan dan hingga sekarang menjelang lebaran. Memang sangat berbeda,namun
setiap kita sebaiknya menghindari untuk berputus asa dan kecewa, meski tidak
dapat bersua dengan keluarga di rumah. Masih ada media sosial yang dapat
membantu kita untuk berkomunikasi dengan orang tua, saudara, dan kerabat. Jika
kita tidak bisa melakukan layaknya perjuangan tenaga medis, setidaknya kita bisa
membantu mereka dengan cara mematuhi anjuran-anjuran yang telah ditetapkan.
Semoga bermanfaat.
0 Comments