Ilustrasi: (Foto:Internet) |
duniahalimah.com—Hari ini Minggu 24 Mei 2020 atau bertepatan dengan
tanggal 1 Syawal 1441 H, seluruh umat
muslim di belahan dunia merayakan hari Raya Idul Fitri. Begitu pun dengan di
tanah air. Semenjak (23/05) gema takbir sudah dikumandangkan, pertanda hari
kemenangan itu telah datang.
Hari raya tahun ini dinilai cukup berbeda jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya masyarakat muslim berbondong-bondong
memenuhi masjid. Bertakbir bersama dan melaksanakan dua rakaat salat Idul Fitri. Bersalam-salaman, saling memaafkan atas tindakan selama ini.
Kerabat di tempat jauh merapat. Pulang ke tanah
kelahiran, menemui kedua orang tua di rumah. Biasanya rumah dipenuhi sanak saudara, cucu,
keponakan, dan seterusnya. Suara gelak tawa menghiasi hari yang fitrah itu.
Bukan sekadar kemenangan atas puasa selama bulan Ramadan, namun di situlah
momen bahagia yakni berkumpul dengan seluruh anggota keluarga.
Akan tetapi untuk tahun 2020, pintu-pintu tertutup
rapat. Salat Idul Fitri harus mengikuti protokol dari pemerintah. Periksa suhu
tubuh terlebih dahulu sebelum masuk masjid, sebagian salat di rumah masing-masing.
Serta larangan mudik dan dianjurkan kepada setiap individu untuk di rumah saja.
Alhasil silaturahmi kepada keluarga, hanya bisa dilakukan dengan media sosial.
Mulai dari tadi malam (23/05) notifikasi di layar gawai
dibanjiri dengan beragam ucapan; gambar, video, dan teks-teks ucapan permohonan maaf. Bahkan hingga malam ini pun,
masih bertebaran di mana-mana. Selain itu, video call menjadi pelarian tercocok
di tengah bersemedi di rumah saja. Apalagi bagi anak perantauan yang tidak
dapat pulang karena terjebak dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Mulai
dari pagi; telepon, chatting, dan video call menjadi sasaran terempuk untuk
melampiaskan kerinduan yang tengah tertumpuk-tumpuk.
Menyitir Kompas.com (23/05) inilah dikatakan sebagai
silaturahmi online. Beragam aplikasi teleconference telah disediakan untuk memudahkan
kita bersilaturahmi; WhatsAapp, Google Meet, Skype, Zoom, Face Time, dan
seterusnya. Aplikasi-aplikasi itu membantu masyarakat untuk mendekatkan yang jauh. Layaknya obat cadangan, meski di sisi lain perasaan masih merasa berbeda, namun jika tidak dilakukan, rindu semakin membara.
Mendapati itu semua, sejatinya setiap individu
dituntut untuk berlapangdada, menerima itu semua. Meski tidak menafikan gejolak
untuk pulang itu pasti ada. Namun jika mengingat semakin hari bertambah kasus,
seperti halnya yang dituturkan cnnindonesia.com (24/05) totalnya di Indonesia telah mencapai
22.271 kasus. Serta pemberitaan terbaru sekitar dua jam lalu, DKI Jakarta pada
hari ini menjadi rekoe terbanyak dalam menyumbangkan
kasus sebanyak 117.
Demi kesehatan bersama, setiap individu hendaknya
saling menjaga antar satu sama lain. Menyitir Raja Salman, keselamatan dan
kesehatan adalah prioritas utama. Mendapati pesan Raja Salman ini kita dituntut
untuk memahami dan mempelajari, bahwa ada sesuatu yang harus dipertahankan demi
keselamatan bersama. Jika dipikir ulang, untuk apa bisa bersua dengan keluarga,
namun hanya menyebabkan semua anggota keluarga terancam.
Wabah ini bukan hanya dialami Indonesia, namun
seluruh dunia. Memang, jika Tuhan berkehendak untuk mencabut nyawa manusia,
meski tanpa terserang covid-19 pasti menutup mata. Namun, ini salah satu ikhtiar
manusia untuk menyembuhkan pandemic berkepanjangan ini.
Baca Juga: Kisah Lebaran dari Waktu ke Waktu
Ini semua hanya sementara dan akan kembali pulih.
Mirip dengan pesan guru kami KH. Mahfudz Basya, ketika air mati berbahagialah
karena air akan hidup. Begitu pun ketika sekarang tidak bisa bersua, percayalah
pasti berjumpa di lain kesempatan. Jika mulanya sehat, pasti akan sembuh.
Semoga tahun depan bisa merayakan hari raya bersama keluarga di rumah.
0 Comments