Mendapati kesalahan itu wajar, namun
pertanyaannya apakah seseorang akan berlarut-larut dalam kesalahan? Atau berlama-lama
memikirkan kesalahan sehingga menafikan ampunan-Nya yang begitu besar bagi
hamba-Nya. Realitanya ternyata masih banyak orang yang berlarut-larut dalam
kesalahannya, tentang dosanya yang selama ini ia perbuat. Hingga menjadikannya frustasi,
bahkan depresi, sampai-sampai berujung ingin mengakhiri diri.
Dalam dunia psikologi fenomena seperti
ini dikenal dengan belum berdamai dengan masa lalu. Memang menyadari kesalahan selama
ini adalah sesuatu yang bagus. Apalagi ditambah dengan memperbaiki diri serta
berkomitmen untuk tidak mengulanginya lagi. Namun di saat seseorang malah
meratapi nasib yang dialami, itulah menjadi problematika tersendiri. Orang itu
bisa menjadi depresi, bahkan mengalami ketakutan-ketakutan dengan sesuatu yang
ditemui, mudah curiga, dan lain sebagainya. Tentu ini sangat mengganggu dan
perlu untuk disembuhkan agar tidak menjadi tameng dalam menjalani hidup.
Solusi utamanya adalah berdamai dengan
masa lalu. Memang tidak mudah seseorang berdamai dengan masa lalunya yang
pahit. Namun keterpenjaraan dengan masa lalu malah membuat fisik dan non fisik
dalam tubuh terganggu. Beberapa pengalaman yang ditangani oleh para terapis
selama ini juga begitu. Seseorang mengalami sakit berkepanjangan, berobat ke
sana kemari tidak menemukan ujung kesembuhan. Hingga akhirnya dia datang kepada
ahli psikoterapi dan seketika sembuhlah dari penyakitnya. Ditelisik lebih jauh
penyebab utama bertamorfosis penyakit seseorang itu adalah karena dia belum
memaafkan kejadian di masa lalunya.
Mendapati kisah singkat di paragraf
sebelum ini, betapa urgen memaafkan masa lalu sehingga dengannya kita bisa
merasakan hidup bermakna. Setiap orang bisa saja mengalami kesalahan atau dosa
besar sehingga merasa terlalu besar dan tidak merasa pantas untuk meminta maghfiroh kepada Allah. Padahal Allah
dalam firman-Nya sering menyebut bahwa Allah menerima semua taubat hamba-Nya
yang bersungguh-sungguh..
Menjadi sebuah pernasalahan di sini
adalah persoalan seseorang dalam menyikapi masa lalunya.. Tidak semua orang
mampu menerima kenyataan yang dihadapinya, sehingga membuatnya terpernjara
dengan masa lalunya itu. Kesalahan dan kekhilafan adalah bentuk teguran dan
pelajaran bagi kita. Barangkali selama ini kita seringkali lupa untuk beribadah
kepada-Nya sehingga dengan melalui kesalahan itu kita diberikan peringatan untuk segera
kembali.
Kesempatan untuk bertaubat dan berdamai
dengan masa lalu akan terus ada sepanjang nyawa masih dikandung badan. Masa
lalu memang sebuah pijakan di masa depan, seperti teori psikoanalisis yang
menyebutkan bahwa masa sekarang adalah produksi dari masa lalu. Namun lagi-lagi
semua bisa didamaikan, asalkan kita mau saja. Jika bukan kita yang memaafkan
diri kita, lalu siapa lagi. Lagi pula berlarut-larut pada penyesalan tidak akan
membuat semua nampak baik-baik saja, malah tambah memperkeruh keadaan.
Beruntunglah kamu yang bisa berdamai
dengan masa lalumu, karena hal itu juga mempengaruhi kesuksesanmu. Bukan hanya
kesuksesan saja bahkan kesehatan, kebahagiaan, serta hidup bermakna. Masa lalu
bukan untuk dilupakan, namun dijadikan pembelajaran agar tidak mengulanginya
lagi. Dari sinilah, mari kita berdamai dengan masa lalu dengan cara bertaubat
kepada-Nya serta memaafkan diri kita sendiri dan orang lain.
,#inspirasiramadan
#dirumahsaja
#flpsurabaya
#BERSEMADI_HARIKE-6
2 Comments