Hari demi hari
berlalu, persoalan demi persoalan semakin tidak menentu. Termasuk wabah yang
telah menjangkiti sekujur tubuh dunia ini. Makhluk kecil, namun memiliki
potensi besar untuk menghancurkan manusia. Bahkan kinerjanya berada di luar
jangkauan pikiran manusia.
Dilansir dari pikiranrakyat.com (14/05) WHO menyebutkan
bahwa virus Corona tidak akan hilang dan akan menjadi endemik layaknya penyakit
HIV.[1] Di sini WHO sebagai badan
kesehatan dunia di bawah naungan PBB (Persatuan Bangsa-bangsa) begitu
menampakkan sebuah ketidakpastian dalam menangani persoalan pandemi di dunia
ini. Padahal semenjak kemunculan virus ini di Wuhan—hingga detik
ini—telah merenggut jutaan manusia di muka bumi. Tentu ini merupakan sebuah
tantangan tersendiri bagi setiap Negara, termasuk Indonesia.
Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan untuk
menangani virus ini merupakan urusan semua orang dan tentunya semua harus
berkontribusi untuk menghentikan jaringan pandemi. Sedangkan
pakar kedaruratan WHO menyebut virus ini bisa menjadi endemik dan mungkin tidak
akan pernah hilang di muka bumi.[2]
Indonesia sebagai sebuah Negara berkembang, saat menghadapi
kondisi sulit seperti ini sangatlah tertantang sekali. Khususnya persoalan
ekonomi menjadi garda terurgen . Apalagi di beberapa wilayah tanah air ribuan
buruh terpaksa mendapatkan PHK. Kemarin DKI Yogyakarta terhitung 50.891
tenaga kerja di PHK dan sejumlah 272.333 dirumahkan akibat covid-19.
(merdeka.com (14/05)
Lain halnya dengan usaha usaha kecil milik rakyat
terpaksa ditutup, demi memutus rantai perkembangan virus. Di sinilah
bentuk tantangan negara ini. Bukan hanya persoalan kesehatan, tetapi juga angka
perekonomian.
Kita sebagai umat beragama dalam melihat persoalan ini,
sebaiknya perlu belajar pada cerita masa lalu, tentang kepahitan yang terjadi.
Seperti kisah nabi Ayub yang mendapatkan cobaan delapan belas tahun lamanya.
Tidak bisa digambarkan bagaimana keadaan nabi Ayub, jika dialami oleh kita saat
ini. Di mana pada mulanya harta, isteri, dan anak-anaknya melimpah, namun
akibat wabah yang dialaminya, segala kenikmatan itu sirna. Akan tetapi berkat
kesabaran dan pantang menyerahnya, pada akhirnya nabi Ayub mendapatkan
kesembuhan.
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ
أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ
Dan
(ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhanku, sunggu
aku telah ditempa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua
Yang Penyayang. (Q.S. Al-Anbiya’:83)
Serta masih banyak lagi kisah-kisah yang bisa kita
pelajari, sehingga membuat kita lebih optimis dalam menyikapi pandemi ini.
Meski WHO sebagai badan kesehatan dunia belum mampu menjawab persoalan pandemi
bukan berarti kita bersikap berputus asa atas rahmat-Nya. Apa pun yang terjadi
harus kita hadapi.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا،
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyiroh: 5-6)
Seiring bertambahnya waktu kita banyak mendapatkan
hikmah di balik kejadian ini. Seperti halnya, betapa pentingnya berkumpul
dengan keluarga di rumah, sahur bersama keluarga , namun pada bulan puasa kali
ini terpaksa harus belajar bersabar. Biasanya hari raya idul fitri di rumah,
tetapi sekarang terpaksa di rantau. Biarlah
untuk kali ini belajar sabar, ikhlas, dan optimis. Ingat, setiap kesedihan ada
kegembiraan. Setiap luka pasti a sembuh pada waktunya. Tinggal menunggu keajaiban
dari-Nya untuk semesta.
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya
#BERSEMADI_HARI-KE-15
[1] WHO atau kepanjangan dari World Health Organization merupakan salah satu coordinator dalam bidang kesehatan internasional dalam PBB. Didirikan pada tanggal 7 April 1948 dan kantornya sekarang bermarkas di Jenewa, Swiss.
[2] https://www.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-01382318/who-sebut-virus-corona-tidak-akan-hilang-dan-bisa-menjadi-endemik-seperti-hiv, Diunduh 15/05/2020
0 Comments