Malam ini sebenarnya tidak ada keinginan untuk
mengayuh sepeda ke ATM Indomaret, namun ada salah satu teman butuh bantuan.
Akhirnya memaksakan diri untuk berangkat. Sepanjang jalan, udara malam begitu
segar, tetapi lebih segar di waktu pagi.
Kendaraan berlalu lalang, berlawanan dengan kayuhan
sepeda. Rentetan warung juga tertata rapi dengan lampu-lampu penerang di
sana-sini. Sesampai di Indomaret tidaklah sesepi yang saya kira. Di
pelatarannya pun ramai dengan anak manusia. Sebelahnya ada pusat kuliner, saya
coba mengarahkan roda sepeda ke sana.
Betapa terperanjat ketika melihat orang-orang duduk
di warung tanpa mengindahkan protokol yang sudah digaungkan berbulan-bulan
lalu. Sebagian memang memilih membungkusnya untuk dinikmati di rumah, namun
nyatanya ada saja yang tidak. Sebagian memakai masker, namun yang duduk di
warung itu malah tidak menggunakan.
Mendapati ini, saya berpikir, apakah ini sudah
normal? Atau jangan-jangan masyarakat sudah tidak tahan dengan kungkungan
kehidupan selama ini.
Jika ditanya apakah sudah bosan? Ya benar-benar
bosan. Namun jika melihat informasi menyoal angka kematian dan kasus semakin
tinggi, seketika bosan harus segera dikompres. Sebisa mungkin harus menerima
dengan keadaan ini.
Kepastian memang belum diputuskan, namun
wacana new normal telah diberitakan. Beragam tanggapan dari netizen +62 membawa
warna tersendiri. Ada yang pro dan kontra. Alih-alih semacam membingungkan. New
normal dilansir dari tirto.id (29/05) menyebutkan definisinya adalah skenario percepatan
penanganan Covid-19 baik dalam sektor kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Tentu hal ini dapat diterapkan jika indikator yang
diberikan WHO (World Healt Organization)—organisasi
kesehatan iternasional dibawah naungan PBB (Persatuan Bangsa-bangsa)--telah terpenuhi.
Kompas.tv[1] (30/05)
menyebut kesebelas indikatornya, antara lain;
- Penurunan jumlah kasus positif selama dua minggu semenjak puncak terakhir dengan target 50%
- Menurunnya kasus probable selama dua minggu semenjak puncak terakhir dengan target 50%
- Penurunan angka kematian dari kasus positif
- Penurunan angka kematian kasus probable
- Penurunan jumlah kasus positif yang tengah dirawat di rumah sakit
- Penurunan jumlah kasus probable yang dirawat di rumah sakit
- Kenaikan jumlah sembuh dari kasus positif
- Kenaikan jumlah selesai pemantauan dari propable baik ODP maupun PDP
- Jumlah pemeriksaan specimen meningkat selama dua minggu
- Positivity rate
- Rt-angka reproduksi efektif <1[2]
Hingga detik ini menyoal new normal
masih pro dan kontra. Di sisi lain masyarakat sudah berbulan-bulan di rumah
saja dan tidak ada jaminan kebutuhan hidup setelahnya. Namun di sisi lain ada
yang menyebut bahwa Indonesia masih belum pantas menerapkannya karena kasusnya makin meninggi.
Kita sebagai masyarakat tentu bisa
memilih dan memilah kebijakan yang bisa diterapkan pada diri sendiri. Meski new
normal diberlakukan, setiap kita harus menjaga diri, dengan selalu menjaga
kesehatan. Melalui mengonsumsi makanan-makanan yang sehat, olahraga, menjaga
kebersihan, menggunakan masker, memakai hand sanitizer, dan tidak bergerombol.
Seperti di pembukaan tulisan ini,
orang-orang sudah kembali beraktivitas, namun jangan lupa untuk tetap menjaga
kesehatan diri sendiri. Jika ikhtiar dilakukan, maka imbangilah dengan tawakal
kepada-Nya.
Semoga
bermanfaat.
Butuh hunian nyaman, sejuk, dan asri, klik Gambar atau Klik Di sini |
[1]Lihat https://www.kompas.tv/amp/article/83898/videos/ini-indikator-gugus-tugas-buat-tentukan-daerah-siap-new-normal?page=all
[2] Rt atau Reproduksi Efektif
merupakan rumus yang digunakan pemerintah dalam menerapkan kebijakan new normal.
Sedangkan <1 dalam indicator ini adalah capaian Rt yang berada di bawah
angka 1. Selain Rt ada juga istilah R0, di mana R melambangkan angka reproduksi
virus dalam artian angka penularan orang terjangkit virus. Lihat https://www.google.com/amp/s/katadata.co.id/amp/berita/2020/05/28/rumus-r0-dan-rt-yang-jadi-acuan-jokowi-untuk-masuki-fase-new-normal.
0 Comments