“Everything
is energy” kalimat yang masih membekas dalam ingatan hingga detik ini. Di mana
kalimat ini menjadi salah satu inspirasi saat menyusun skripsi sewaktu duduk di
bangku kuliah. Pada waktu itu beberapa kali penolakan judul terjadi. Layaknya mahasiswa
akhir pada umumnya, kekecewaan itu mesti terjadi. Bahkan sampai menangis
berjam-jam untuk mengompensasikan kekecewaan.
Dosen
saya meminta untuk membaca sebuah buku karya David R. Hawkins, seorang
psikiater dan juga dikenal sebagai peneliti kesadaran (consciousness). Buku ini harganya begitu mahal bagi ukuran
mahasiswa, hal ini saya ketahui ketika memeriksanya di beberapa lapak jualan,
seperti Shoppe, Tokopedia, Bukalapak, dan toko online lainnya. Sekitar seharian
mood buruk terjadi, hingga akhirnya
tangan saya tergerak untuk menulis status dan menghubungi beberapa dosen maupun
teman lainnya.
Respon
mereka begitu sangat terbuka, ada yang menemukan bentuk pdf berbahasa Inggris,
memberikan semangat, dan satu lagi keajaiban itu datang. Ternyata salah satu
dosen saya memiliki buku itu, di mana beliau sama sekali belum membacanya.
Syukur tiada tara mendapati buku itu, tentu jika orangnya tidak baik, mana
mungkin meminjamkan buku baru, dan mahal harganya itu kepada orang lain.
Setelah
itu saya baca hingga selesai. Dalam buku itu membahas dua teori inti tentang energi
dalam alam semesta, yakni Power atau
energi positif, dan force berarti
energi negatif. Hawkins sempat mengatakan bahwa dia melakukan penelitian sudah
berpuluh-puluh tahun, akan tetapi dia mengatakan penelitian ini bukanlah akhir. Ia juga
mencantumkan angka-angka energi mulai dari 10 hingga 1000. Di mana semakin
tinggi maka energi positifnya semakin besar.
Setelah
membaca buku itu, kepala saya menemukan ide untuk menggabungkan dua pembahasan
antara teori yang dicanangkan David R. Hawkins dan Viktor Emil Frankl.
Kebetulan, pertama kali mengajukan saya sangat tertarik untuk membahas Logoterapi.
Namun sayang sekali mendapatkan penolakan karena dalam teori Frankl tidak
disebutkan ukuran seseorang ketika mencapai meaning
to life. Pastinya hal itu berbeda dengan Hawkins yang menyebutkan ukuran
seseorang dikala mencapai level-level energi.
Ide penggabungan dua teori ini segera saya ajukan, namun sayang sekali, penolakan kembali terjadi. Alhasil saya lanjutkan membaca buku itu hingga tuntas.
Detik-detik membaca buku ini, di program studi saya mengadakan seminar tentang mesmerisme dan hipnoterapi. Sebagai seorang mahasiswa, saya pun tidak ingin ketinggalan. Duduk paling depan, lurus dengan pemateri. Meski waktu itu, saya duduk dengan adik-adik tingkat. Pemateri meminta beberapa orang untuk maju menjadi contoh, seketika saya acungkan tangan, lalu maju. Di sanalah saya merasakan setiap praktik. Angin samar menerobos tubuh, tiba-tiba terjatuh. Setelah seminar itu, hati saya tergerak untuk berbincang-bincang dengan pemateri. Di situlah kilas balik menemukan judul terjadi.
Sore harinya saya mengikuti gelaran ngaji kitab yang diadakan Matan, yakni organisasi Mahasiswa Ahl Thoriqah An-Nahdliyyah. Tiba-tiba detak jantung lebih berasa, pembahasan bincang-bincang dengan pemateri tadi pagi dikuatkan dengan materi pembahasan dalam kitab Tajul Arus. Berangkat dari sinilah saya menemukan apa yang telah lama dicari.
Segera
saya diskusikan ke beberapa dosen dibidang psikologi. Akhirnya berhentilah pada
sebuah keputusan judul Energi Zikir
Sebagai Terapi Bad Mood Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Setelah mantap
dengan judul ini, segera saya langkahkan kaki menuju ruang kerja Wali Dosen.
Sesampai di sana beliau mengatakan cukup sibuk, namun akhirnya berubah pikiran
dan memberikan waktu bicara kepada saya. Tanpa basa-basi segera saya utarakan
judul itu. Benar-benar kebahagiaan bagi saya ketika beliau
mengucapkan “’Ya, sudah segera buat proposal.”
Bersambung..
Butuh hunian murah tapi mewah? segera klik di sini atau klik gambar!! Sekarang |
2 Comments