Setiap hari
tidak terhitung berapa kali kita menggunakannya. Mulai dari bangun tidur hingga
tidur kembali. Seperti menggunakannya melipat selimut saat bangun pagi,
memainkan gawai, memasak, membaca buku, menulis, dan melakukan kegiatan
lainnya. Namun pernahkah sedikit pun kita memberikan energi padanya, meminta
maaf padanya, atau memberikan kesempatan kepadanya untuk melakukan apa yang ia
mau??
Keberadaannya
mungkin sangat biasa, bahkan nyaris seperti tidak ada artinya. Namun lain
halnya bagi mereka yang tidak memilikinya, menjadikan anggota tubuh lainnya
memainkan posisinya. Seharusnya untuk berjalan, malah dialihkan mengerjakan
tugasnya. Semisal menyuap nasi ke mulut, memamaki baju, memegang, mencuci
piring, dan menulis.
Pernahkah
kalian menyaksikan orang seperti itu?? Apakah kalian merasa kasihan atau kalian
benci dan memperolokkannya?
Ya, kalau
saya sendiri kerapkali menyaksikan pemandangan itu. Di terminal, pasar, jalan,
bahkan sampai ter-publish di media.
Tidakkah kalian mencoba memperhatikannya bagaimana Tuhan membuktikan dan
memberikan kekuasaan-Nya melalui ciptaan-ciptaan-Nya. Jika orang pada umumnya
memiliki tubuh yang lengkap, lalu kehilangan salah satu anggota tubuhnya maka
ia akan sukar beradaptasi. Akan tetapi menjadi berbeda bagi mereka yang sudah terbiasa,
menjadikan kekurangannya sebagai kelebihan.
Bagaimana dengan kita? Tubuh lengkap, mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki, tidak ada kekurangan sedikit pun. Namun masih saja menyiksakan diri dengan keluhan-keluhan penarik energi negatif. Menjadikannya sebagai sebuah alasan untuk tidak berkarya, bermalas-malasan, dan memilih mundur—berpikir tidak kuasa.
Bagaimana dengan mereka, tidak lengkap tubuhnya, akan
tetapi mampu menjalaninya dengan sepenuh hati. Bersyukur dengan apa yang
diberikan kepadanya dan menggunakan sebaik-baiknya. Beberapa waktu lalu dalam
blog Dunia Halimah sempat mem-publish tentang
seorang pelukis asal Banyuwangi. Dia memiliki anggota tubuh yang berbeda, namun
karyanya melebihi manusia-manusia seperti kita.
BACA: Kekuranganmu Bukan Alasanmu
Banyak hal pahit yang
didadapatkannya, mulai dari bully hingga
ia mampu membuktikan pada dunia akan kekurangan menjadi kelebihan. Orang
seperti dia saja mampu menjalani hidup dan menemukan dirinya sendiri. Bagaimana
dengan kita?
Semoga
bermanfaat.
0 Comments