Ilustari: (Foto:Internet) |
duniahalimah.com--Setiap kamu pernah "merasa-merasa" minder, tidak percaya
diri, down, insecure, dan semacamnya.
Pastinya, ini manusiawi dan semua orang pernah mengalami. Namun menjadi
titik perbedaannya adalah terletak pada cara mereka menyikapinya. Ada yang
mencari solusi dan adapula yang membiarkannya.
Mulai dari meminta saran kepada orang lain yang
dianggap lebih tahu, hingga mencari literatur atau video berkaitan dengan itu.
Atau hanya duduk manis membiarkan rasa minder, ketidakpercayadirian, dan down menggerogoti sekujur tubuhnya.
Tidak berlebihan barangkali jika saya sebut sebagai berdamai dengan kekurangan.
Ya, saya rasa kalimat terakhir dalam paragraf kedua
yang memang sengaja ditulis ringkas, adalah hak preogratif setiap manusia dalam
menjalani titahnya sebagai khalifah. Namun perihal ini akan menjadi berbeda
jika dialami oleh orang yang ingin berubah dengan “merasa-merasa” itu. Mereka
dengan sekuat tenaga mencari cara ke sana kemari, konsultasi dengan psikolog,
berlatih dan terus berlatih untuk menangani persoalan ini. Alhasil digaris finish berbeda, ada yang benar-benar
bisa dan sebaliknya terbengkalai.
Penyebab terbengkalai sebelum finish, faktor di antaranya menyerah sebelum selesai. Di kala
berproses, seseorang tidak cukup hanya berlatih sekali saja, namun
berkali-kali. Contoh sederhana bagaimana anak balita belajar berjalan. Pertama,
ia dipegangi, saat mencoba berjalan tubuhnya jatuh, kemudian mencoba berpengangan
lalu melepaskan pegangannya, jatuh lagi. Terus menerus begitu. Saat mengalami
itu apakah si anak balita ini menyerah? Tentu tidak!! Ia coba lagi, setiap
hari, setiap saat, dan orang-orang sekitarnya mencoba menyemangati dan sesekali
membantunya. Hingga suatu hari ia bisa berjalan dan berlari.
Pembaca saya kira tidak asing dengan nama Thomas
Alva Edison. Orang yang sangat berjasa dalam menerangi kehidupan di malam hari.
Ia adalah penemu bohlam lampu. Siapa sangka sebelum menemukan temuan bermanfaat
itu, ia melakukan repetisi sebanyak 9000 lebih. Edison dilansir dari sebuah
website; ketika mengalami kegagalan dia menekankan dirinya jika dia tidak
sedang melakukan kegagalan. Terus menerus mencoba dan menyemangati dirinya,
hingga akhirnya kita bisa menikmati temuannya hingga sekarang.
Baca Juga: Berkaca untuk Tumbuhkan Kepercayaan Diri
Ini Thomas Alva Edison, bagaimana dengan kamu yang
ingin mengubah “merasa-merasa” yang telah disebut di awal paragraf tulisan ini.
Tidak percaya diri dengan berat badan, kemampuan; saat berbicara di depan umum,
berbisnis, menulis, dan seterusnya. Itu semua bisa ditangani hanya dengan terus
menerus belajar dan mencoba. Ya, sesekali memang butuh motivasi dan inspirasi
dari orang lain. Akan tetapi penentunya adalah kita. Kita sendiri yang
menentukan apakah akan berubah atau memilih menikmati “merasa-merasa” itu.
0 Comments