Ilustrasi: (Foto:Internet) |
duniahalimah.com—Tanggal 15 Mei dalam setiap tahunnya diperingati
sebagai Hari Keluarga Internasional atau International Family Day. Peringatan
ini ada sejak tahun 1994, didasarkan atas sidang umum PBB pada tahun 1993
dengan memutuskan resolusi ini (A/RES/47/237).
Tujuannya untuk memproklamirkan pentingnya keluarga dan tema tahun ini
mengenai “Families and New Thecnologies.”
Memang, peringatan hari keluarga internasional tidaklah semeriah
peringatan hari-hari lainnya, Misalnya seperti hari ibu atau hari Kartini, di
Indonesia. Namun, adanya peringatan hari keluarga sebetulnya memberikan peluang
untuk menyadari betapa keluarga begitu berharga. Apalagi jika konteksnya dipadukan
dengan keadaan sekarang. Di mana banyak dari kita yang memilih tidak mudik atau
terpaksa tidak mudik, karena khawatir akan terjadi tsunami virus bernama Covid
itu.
Pasalnya beberapa dari mereka “yang tahun ini tidak mudik” di tahun
sebelumnya (2020) sudah tidak mudik. Padahal mudik adalah kebiasaan yang selalu
dilakukan tiap tahun ketika hari raya Idul Fitri. Rasanya semacam ada perasaan
yang kurang, meski begitu demi maslahat bersama, tidak mudik dulu, lebih baik.
Untuk membayar hal ini, kecanggihan teknologi menjadi malaikat penolong.
Sejalan dengan tema yang diangkat dalam peringatan Hari Keluarga Internasional
hari ini.
Tidak dapat dielak setelah keputusan pemerintah telah final untuk
melarang mudik, beberapa dari kita mengeluh dan tidak terima. Bahkan berani
menyalahkan petugas yang menjalankan pengamanan. Parahnya sikap menyalahkan ini
diumbar di media sosial. Sudah sejogianya dimaklumi, karena terus menerus
menahan rindu tanah kelahiran, menunda bertemu bapak, ibu, dan sanak saudara. Siapa
yang kuat? Namun, apakah dengan menyalahkan persoalan akan selesai? Atau adakah
jaminan jika dibiarkan bebas tanpa kontrol pemerintah virus Covid dipastikan
tidak akan ada “sama sekali”? Pastinya tidak ada yang bisa menjamin.
Terlepas dari segala praduga dan mungkin omong kosong yang
kerapkali kita ucapkan. Bahkan tidak jarang berpikir miring atas keberpanjangan
pandemi. Semua komponen; kita, pemerintah, rakyat, hingga polisi semua berada
di posisi terdampak. Coba bayangkan dengan mereka polisi atau tenaga kesehatan,
di hari raya idul fitri masih bertugas. Padahal waktu untuk berkumpul dengan
keluarga juga penting. Namun karena tugas dan tanggungjawab, rela menyampingkan
kepentingan pribadi.
Baca Juga: Merayakan Lebaran Virtual
Realitanya sangat sukar mengompres rindu dengan keluarga, tetapi jika
keadaan tidak memungkinkan kenapa tidak mencoba bertemu secara virtual? Raga di
dunia virtual memang tidak bersua, akan tetapi bisa mendengar dan melihat wajah
yang dirindu. Setidaknya menjadi pelipur bagi kita-kita yang sedang rindu.
0 Comments