Ilustrasi: (foto:internet) |
Tidakkah kau tahu, proses itu panjang dan orang yang kau anggap hebat pernah mengalami masa-masa seperti kau sekarang. Hem, bukankah seinstan-instannya mie instan butuh proses juga?
duniahalimah.com--Sembari menunggu mentari terbit, saya buka leptop pinjaman dari
Kesra Kabupaten, lalu menyambungkannya ke hotspot gawai. Kemudian jemari
menari-nari di atas keyboard itu, mencari jejak seseorang. Siapa lagi jika
bukan pembina lomba. Hingga sampailah pada sebuah blog yang dibuat tahun 2012.
Berisi celotehan, pemikiran, bahkan apa pun yang ingin ditulis oleh penulisnya.
Semakin ditelusuri dan membaca tulisannya, seketika pikiran
mendapatkan pembelajaran baru. Bahwa setiap orang berproses dan sosok yang
dianggap luar biasa, pernah melewati masa proses itu. Barangkali hikmah ini yang perlu saya tanam, lalu
menjadikannya alarm yang sewaktu-waktu mengingatkan, agar tidak mudah menyerah
dengan keadaan.
Beberapa hari ini, saya memang sedang berjuang di perlombaan MTQ (Musabaqah Tilawatil Qurán) tingkat provinsi. Tidak disangka, saya masuk semifinal. Sebagai seseorang
yang baru saja mengikuti ajang ini. Merasa sangat bersyukur. Akan tetapi takdir
berkata lain, saya tidak bisa melanjutkannya ke tahap final. Sempat uring-uringan
menyaksikan kenyataan. Namun, saat saya menuliskan hal ini, pikiran menjadi
semakin terbuka. Inilah proses saya!!
Tidak peduli, apakah menang atau gagal yang penting prosesnya.
Kemenangan hanyalah reward untuk jerih payah, sedangkan kegagalan adalah
tamparan agar terus-menerus belajar
Setiap orang memaknai gagal dan menang pastinya berbeda. Meski
begitu, tidak akan menjadi sebuah masalah ketika menang atau gagal. Dalam
sebuah perlombaan sudah sangat biasa, tinggal diri kita masing-masing mau atau
tidak menerima kemenangan dan kegagalan.
Balik lagi, semua butuh proses. Seperti tulisan pembina saya,
beberapa tahun lalu mirip saya yang suka menulis di blog. Berbeda dengan
sekarang, bisa menulis banyak karya ilmiah dan diundang di berbagai acara. Sungguh
semua berproses dan segeralah bersyukur,
karena sudah berani memulai dan bertahan hingga detik ini.
“Terima kasih telah berani di titik ini, ingat masih banyak langkah
yang harus ditempuh dan keep going to my self.”
0 Comments