Ilustrasi: (foto: internet) |
duniahalimah.com—Pernahkah kamu merasa buntu ketika menulis? Atau merasa sangat sulit menemukan ide tulisan?
Dua pertanyaan ini, saya pikir mewakili pengalaman mereka yang terjun ke dalam dunia menulis. Tidak dapat dipungkiri, kesulitan menemukan ide kerapkali menjadi hantu tak diundang. Sekali datang, mampu membuat jemari terdiam dan mata hanya menatap layar, tanpa menulis sepatah kata pun. Padahal, sudah sekian waktu hangus untuk mengorek ide.
Saya pun kerapkali mengalami—sebagaimana penulis lainnya. Namun, persoalan
yang saya alami terpatahkan dengan membaca buku karangan Dewanto Nugroho. Judul
bukunya, “200 Ide Gila Menulis Buku.”
Sebagaimana judulnya, buku ini menyuguhkan beragam ide tulisan yang
sejatinya sangat dekat dengan kehidupan manusia. Sayangnya, selama ini terlewat
peka sampai-sampai tidak mengindahkan hal unik yang disuguhkan semesta.
Nugroho begitu apik mengemas tulisannya dan menampar pembaca agar peka
melihat realita di sekitar, lalu mengabadikannya dalam tulisan. Menurutnya ide
menulis bisa dimulai dari sekitar, dari sesuatu yang terdekat, dan bisa
diamati.
Seketika, Saya jadi teringat dengan program belajar menulis yang saya ikuti
beberapa tahun lalu. Mereka mengajarkan agar memulai menulis dari hal-hal
sederhana. Mulai dari aktivitas keseharian, apa yang kita lihat, hinga rasakan.
Baca Juga: Mulai Menulis dari yang Sederhana
Dulu, Saya diajarkan untuk menulis setiap hari dimulai dari status Facebook
dan Instagram. Kemudian, medianya berpindah ke blog. Beragam topik saya tulis,
ya meski ditanya kualitas tentu masih jauh. Namun, nilai plusnya kita menjadi terbiasa dan menyukainya. Seperti kata pepatah, “Bisa karena
terbiasa.”
Akan tetapi, realitanya berkata lain. Tidak jarang kekhawatiran akan respon
pembaca menjadi boomerang untuk memulai menulis hal sederhana. Perihal serupa pernah
terjadi dalam perjalanan saya menulis. Suatu ketika salah seorang senior
mengatakan “Kamu produktif, tapi tulisanmu tidak berkualitas.”
Seketika gelenyar aneh menguasai
dada. Sempat mogok menulis, karena perkataan itu berasal dari orang yang begitu
saya hormati. Berhari-hari Saya merenungi perkataannya. Namun, Saya sangat
sadar, selain kritikan dari senior yang tidak sepaham, sesungguhnya yang
mengapresiasi lebih banyak. Bahkan, banyak orang yang tidak saya kenal
mengatakan terima kasih dan mengaku terinspirasi.
Berangkat dari renungan-renungan itulah, Saya pikir mogok menulis tidak
akan membuat tulisan semakin bagus. Hanya dengan menulis berulang-ulang, maka
tulisan menjadi bagus. Disamping itu,
Saya juga pernah mendengar, “Setiap tulisan akan menemukan pembacanya sendiri.”
Dan itulah yang Saya alami, baik dalam menulis puisi, cerpen, celoteh, esai,
artikel, maupun opini.
Hahaha, sepertinya kita terlalu jauh pembahasannya. Mari kembali pada buku
Nugroho.
Buku karangan Nugroho cukup efektif untuk menampar muka seseorang yang
mengatakan tidak ada ide untuk menulis. Cobalah membaca bukunya, ada dua ratus
ide menulis di dalamnya dan kesemuanya berada di lingkungan kita. Cukup
bermodalkan pengamatan, peka, memanfaatkan internet, dan masyarakat.
Misalnya, tentang perusahaan di sekitar, peraturan yang hangat
diberlakukan, sumpah serapah, kesusahan yang dialami petani, kasus
kontroversial, dan seterusnya.
Termasuk saya menuliskan topik ini, tidak lain karena terinspirasi oleh
tulisan Nugroho yakni memulainya dari sesuatu yang sederhana.
“Intinya, banyak hal yang bisa ditulis dan jangan menunggu sempurna untuk
mulai menulis. Karena kesempurnaan tulisan akan tercapai berawal dari seringnya
menulis.”
Baca Juga: Mengapa Kamu Menulis? Ini Alasannya
*Saya cukupkan sampai di sini, apabila kamu ingin bertegur sapa atau ingin
sharing terkait dunia kepenulisan atau apa pun. Mari singgah di media sosial
Saya dan sebutkan namamu, agar saya follow back media sosialmu. Semangat ya!!
0 Comments