Ilustrasi: (sumber:internet) |
duniahalimah.com--2 Oktober 2022 adalah hari yang luar biasa. Diperingati sebagai hari batik nasional, hari anti kekerasan internasional, dan hari hewan ternak sedunia. Namun, hari peringatan itu terasa tercemar dengan datangnya pemberitaan tak mengenakkan hati yang datang dari dunia sepakbola. Meski saya bukanlah orang yang gandrung akan bola, tetapi rasa kemanusiaan berada di atas segalanya.
Sebetulnya, semalam saya sempat mendapatkan informasi tentang kejadian di stadion Kanjuruhan Malang ini. Akan tetapi, saya menimalisir informasi sedih ke dalam kepala saya. Mengingat kepala biasanya akan cenat-cenut ketika mendengar berita-berita tak mengenakkan. Namun, hari ini saya tak lagi bisa menahan diri untuk mengetahui kebenarannya.
Sampai celoteh ini ditulis, media sosial masih ramai ucapan belasungkawa, cerita kronologinya, Kata-kata perihal nyawa lebih berharga, hingga komentar-komentar netizen yang mengisi seluruh media sosial.
Di antara netizen banyak yang saling menyalahkan aparat, panitia, pemain, maupun supporter. Tidak hanya itu, pembahasan soal FIFA juga dihadirkan di tengah-tengah kedukaan yang luar biasa. Sejenak saya terdiam, itu semua tak akan pernah mengembalikan nyawa yang telah hilang melayang.
Pikir kembali berkelana, bagaimana jika posisi itu adalah saya sendiri. Berada di tribun stadion. Orang-orang berdesak-desakan, gas air mata tiba-tiba menyerang dan memenuhi stadion, hingga hidung kesulitan bernapas. Mestinya air mata ketakutan menyerang dan berusaha berlari menyelamatkan diri. Jika tak sempat, mungkin saya akan duduk terdiam menikmati jemputan ajal.
Mereka yang meninggal tentu akan menyisakan kesedihan mendalam bagi orang-orang terdekatnya. Sedangkan, mereka yang selamat, kemungkinan akan trauma dengan kejadian itu.
Saya sempat melihat postingan akun Instagram Mojokstore yang isinya
"Dukanya hilang, namanya kembali terlupakan. Hastaghnya tenggelam. Supporter kembali bersorak. Tetapi ibunya? Seumur hidup akan membenci sepakbola."
Sumber-Mojokstore
Peristiwa ini memang terjadi di daerah lokal, akan tetapi dunia telah mencatatnya sebagai sejarah kelam di dunia sepakbola.
Saya berdoa semoga yang menjadi korban, amalnya diterima disisi-Nya dan yang ditinggalkan diberikan kesabaran.
Baca Juga: Belajar dari bertambahnya usia
Disclaimer:
Sebuah celoteh yang ditulis berdasarkan perasaan pribadi. Tentu semua orang memiliki caranya sendiri untuk mengungkapkan apa yang tengah dirasakan.
0 Comments