Ilustrasi: (Foto:internet) |
Ketika pertama kali memasuki kelas, kepercayaan diri
belum sepenuhnya terisi. Beruntungnya, dosen saya mendampingi untuk pertemuan
pertama. Setelah itu, sudah mulai memberanikan diri untuk berbagi pengetahuan
di depan kelas.
Saya cukup sadar, jarak usia mereka hanya selisih
beberapa tahun saja. Bedanya saya lebih dulu lulus. Hari demi hari berlalu, akhirnya sebulan terlewati. Beragam fenomena terjadi selama di kelas. Mengingat
mata kuliah yang saya ampu berbasis praktik, maka sangat wajar jika mahasiswa
tidak sungkan untuk mengonsultasikan persoalan hidupnya.
Pernah suatu hari saat materi merasakan energi yang saya
susupi dengan hipnosis, tiba-tiba seorang mahasiswi menangis histeris. Sontak saja saya mendekatinya
dan menanganinya. Tidak hanya di kelas itu, di kelas lain ada juga kejadian
setelah merasakan energi, tiba-tiba pundaknya sakit. Lalu saya coba tanya
persoalan yang dia alami, akan tetapi tidak mengaku. Akhirnya saya meminta izin
untuk menyentuh bagian tubuh yang sakit. Namun setelah itu, sakitnya beralih ke
perut.
Saya sebetulnya cukup khawatir, akan tetapi saya putuskan
membawanya ke ruang lab. Di sanalah akhirnya ia bercerita tentang pengalaman
yang menjadikannya trauma. Sembari ia bercerita saya men-tapping titik meridian
dalam tubuh anak itu. Qodarullah sakit yang ia rasakan hilang. Sorenya
saya dan Dini (asisten dosen saya juga) menceritakan peristiwa itu kepada dosen
kami. Kata beliau sakit anak itu “pseudo atau tipuan” karena trauma masa
lalunya.
Baca Juga: Keuntungan Menjadi Asisten Dosen
Tidak dapat dipungkiri, memang seru. Meski kadang saya
harus mengencangkan suara karena intonasi mahasiswa kerapkali lebih besar dan
hampir semua kelas sangat antusias mempraktikkan materi.
Saya berharap satu semester ini akan menjadi kisah
perjalanan yang menyenangkan di kelas. Hingga detik ini saya menyadari masih
belajar, walaupun sudah diberikan amanah menjadi tim pengajar. Pada kenyataannya
saya selalu menjadi murid yang butuh guru,
Terima kasih untuk pengalaman satu bulan ini. Selamat
berjuang untuk mengabdikan diri.
Baca Juga: Jangan Pernah Lelah Berproses
0 Comments