![]() |
Doc. Pribadi |
duniahalimah.com--Terlihat sederhana bukan? Mie goreng dengan topping sawi, kerupuk, dan timun. Harganya terjangkau, cara masaknya pun sangat mudah.
Namun bagi kami, ini nikmat. Bagaimana tidak? Jika dibandingkan dengan mereka yang hari ini tengah berjuang dengan hidup sedangkan kami dengan mudahnya menyantap sepiring mie goreng tanpa gangguan.🥹
Tetapi sekarang aku tak akan bercerita tentang itu, meski sebetulnya hati teriris mendengar kabarnya.
Memasak sepiring mie terasa begitu khidmat. Momen langka, masak berdua bersama adikku. Beberapa tahun ini aku disibukkan dengan progres meningkatkan diri. Sampai tak tahu jika adik satu-satunya telah melampaui tinggiku. Anak yang dulu sering menaiki punggungku, kini telah berotot kaku.
Pikirku, "Momen ini harus kutulis." Meski sangat kupahami, sedikit kemungkinan adikku akan membacanya.
Bila diingat kembali memori kenangan saat ia kecil. Dulu sangat imut, kulitnya kuning langsat, dan selalu membuntutiku.
Sayangnya, hanya bisa mendampingi pertumbuhannya secara penuh sampai tahun 2013. Setelahnya berangkat ke pondok, dilanjut kuliah, dan sekarang kerja. Baru bisa berjumpa saat liburan pesantren, libur kuliah, dan libur kerja.
Kini kulitnya berubah jadi sawo matang. Keuletannya membantu Bapak dan semangatnya belajar memperbaiki mesin telah menjadi bagian hidupnya.
Jarak usianya terpaut 10 tahun denganku, tetapi pemikirannya telah melampaui anak seusianya. Ia memilih tidak membelanjakan uang sakunya demi bisa mempercantik motornya. Tidak hanya itu, kegigihannya dalam mempelajari mesin terlihat dari bagaimana ia berinisiatif magang sebelum ada perintah dari sekolah.
Walaupun begitu, tetap kusadari ada beberapa hal yang perlu ditingkatkannya.
Beberapa hari yang lalu ia berkata saat ditanya seseorang tentang kuliah, "Biar tidak sama, aku mendalami ini." Maksudnya keilmuan di jurusan menengah kejuruannya.
Sebagai seorang kakak tentu harus memberikannya kepercayaan. Bila memang dengan melalui jalan itu dapat mendekatkan pada mimpinya. Maka seriuslah dengannya.
Sebagaimana diriku yang punya kebebasan memilih mimpiku, kenapa tidak dengan adikku?
Selamat bertumbuh adikku
Baca Juga Belajar Berhenti Membatasi Diri
0 Comments